Cerita Prasmul
Upgrade Diri dan Masuki Profesi Baru di Era Industri 4.0!

Upgrade Diri dan Masuki Profesi Baru di Era Industri 4.0!

Apakah kamu sadar bahwa banyaknya uang cash di kantungmu berbanding terbalik dengan jumlah aplikasi fintech di handphone? Penggunaan OVO, GoPay, dan DANA merupakan salah satu bentuk perubahan terhadap pengaturan uang yang terjadi akibat Revolusi Industri 4.0.

Tidak hanya mengubah pola bertransaksi, revolusi ini juga mengubah ranah mata pencaharian. Sistem yang terkomputerisasi memang telah banyak menghilangkan pekerjaan yang padat karya. Akan tetapi, hal itu bukan berarti kamu kehilangan kesempatan kerja. Banyak profesi lama yang ikut berevolusi, dan muncul pula profesi baru seperti data analyst, cyber police, robot coordinator, dan cloud service specialist

Pada akhirnya, meng-upgrade pengetahuan dan skill merupakan kunci bertahan di era ini. Jefri Dinomo, Co-founder dari GDILab, menjelaskan bahwa di tengah meningkatnya kebutuhan akan teknologi, perusahaan masih membutuhkan human touch. “Sekarang kami butuh legal team yang mengerti betul mengenai hukum yang membatasi penggunaan data konsumen,” ungkapnya. “Hal itu karena Privacy policy masih jadi ranah abu-abu yang belum diatur hukum Indonesia.” 

Jefri Dinomo (Kanan) menjelaskan tentang kebutuhan sumber daya manusia yang berubah akibat revolusi industri 4.0

Dari sisi big data, Juan Intan Kanggrawan selaku Head of Data and Analytics Jakarta Smart City menyetujui bahwa sistem pengelolaan data yang terkomputerisasi tidak mengurangi kebutuhan akan sumber daya manusia. Nyatanya, masih dibutuhkan human-power yang mengerti cara memfilter dan mengolah unstructured problem yang ada menjadi data yang siap untuk dianalisis.

Menurut Ibu Aulia Nurul, anak muda harus melek akan peran yang dimilikinya pada revolusi industri 4.0 agar memiliki daya saing

Universitas Prasetiya Mulya percaya bahwa satu hal yang tidak akan berubah adalah perubahan. “Saat ini, bank konvensional mulai kehilangan marketnya karena peer-to-peer lending, serta peralihan masyarakat menjadi cashless society,” jelas Ibu Aulia Nurul selaku Kepala Prodi S1 Finance and Banking. “Hal ini membawa uncertainty dan opportunity yang sangat besar. Oleh karena itu, kita harus terus belajar dan berinovasi untuk bisa bertahan dalam perkembangan profesi baru di dunia.” 

Money has no nationality, money has no territoriality, money has no ethnicity, money has no religion. It moves around to places where it’s welcomed with an open heart. 

Prof. Dr. Djisman Simandjuntak, Rektor Universitas Prasetiya Mulya.

Dalam rangka menyambut ketidakpastian sekaligus kesempatan dalam industri jasa keuangan di era ini, Universitas Prasetiya Mulya meluncurkan kelas berbahasa inggris untuk program S1 Finance and Banking yang akan dimulai pada tahun 2020. Dengan adanya kelas internasional ini, diharapkan lulusan Universitas Prasetiya Mulya dapat menjadi fintech player dan financial inovator dalam industri jasa keuangan yang tidak hanya bertaraf lokal, melainkan internasional.

Yuk persiapkan dirimu untuk menangkap berbagai peluang di era industri 4.0 bersama Prasetiya Mulya!

Witha Shofani

Add comment

Translate »