Cerita Prasmul
Susun Taktik Pariwisata Pasca Pandemi Bersama BEST Association!

Susun Taktik Pariwisata Pasca Pandemi Bersama BEST Association!

There is no going back to normal. There is only going forward, and going forward to a very different world.

Yose Rizal Damuri, Head of the Department of Economics Center for Strategic and International Studies (CSIS)

Baik kegiatan sehari-hari, hingga urusan kenegaraan dan industri, pandemi telah mengubah banyak hal di dalamnya. Bukan saja seputar kesehatan, bidang pariwisata Indonesia justru menjadi yang paling terpukul, terlebih dengan adanya upaya melandaikan kurva penularan COVID-19.

“It seems like we’re back to square one,” ungkap Fathony Rahman, DBA, selaku Dekan School of Business and Economics Universitas Prasetiya Mulya. Merefleksikan keadaan ekonomi terkini Indonesia, beliau mengatakan, “Sebelum lonjakan kasus baru-baru ini, sebenarnya ekonomi kita mulai bangkit. Badan Pusat Statistik misalnya, mencatat ekspor Januari-Mei 2021 mencapai USD 84 Miliar atau naik 31% dibandingkan tahun lalu.”

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indoensia, Bapak Sandiaga Uno turut mendukung pembukaan BEST Economic Conference.

Sebab itu, ingin mengiringi langkah sektor pariwisata Indonesia untuk mencapai kejayaannya kembali, Business Economics Student Association Prasetiya Mulya atau BEST menghadirkan konferensi bertema “Resetting Indonesia’s Economy in the Post COVID-19 Recovery” pada 1-3 Juli 2021 lalu. Hal ini sejalan dengan visi Himpunan Mahasiswa S1 Business Economics itu sendiri, yakni menjadi pelopor revolusioner Indonesia, dengan membawa perspektif ekonomi yang baru pada kehidupan mahasiswa. 

The Now and Then for Tourism

Pada tahun 2018 kemarin, Indonesia berhasil meraup devisa negara sebesar USD 16,4 Miliar dalam bidang pariwisata. Sayangnya, jumlah yang besar itu harus terbanting akibat COVID-19, dengan merosot sebesar 75 persen. 

Sebagai daerah yang menitikberatkan perekonomiannya pada parisiwata, Bali menjadi provinsi yang cukup terdampak.

Hal ini turut dipertegas oleh Marketing Director The Apurva Kempinski Hotel Bali, Danti Yuliandari, yang membagikan suka dan duka yang dialami di mutiara pariwisata Indonesia: Pulau Bali. “Terjadi delayed the opening of hotels. Di Bali sendiri ada 1000 hotel yang buka sebelum pandemi, tapi sekarang harus menutup pintu,” ucapnya.

Danti turut memaparkan, bahwa masa depan penyumbang devisa negara terbesar Indonesia ini sangat bergantung pada kecepatan vaksinasi. “Dengan adanya vaksin, akan terjadi herd immunity,” ungkapnya. “Namun, perjalanan Indonesia masih panjang. Itulah mengapa pengembalian perekonomian turisme baru akan mulai pada tahun 2023.”

Pada saat vaksin terdistribusi kelak itulah, diharapkan sektor pariwisata dan bisnis di dalamnya kembali dengan wajah baru untuk tidak hanya bertahan, namun thrive hingga masa-masa berikutnya.

“2025, semua perusahaan harus shift ke digital transformation dan melakukan inovasi,” ujar Danti. Tapi harus diingat, in between the process, there will be failures, dan proses ini memang harus dijalani. Harus terus berinovasi, berkreasi dan harus tunjukkan semua strategi di digital innovation.”

Aspirasi Ekonomi Pariwisata Para Prasmulyan

Melalui dukungan riset dari kampus, Prasmulyan turut mempresentasikan hasil temuan dan implikasinya bagi ekonomi Indonesia.

Dalam proses diskusi, rupanya tak hanya para ahli ekonomi dan pariwisata saja yang memiliki ruang untuk membahas formulasi recovery bagi dunia pariwisata Indonesia. BEST Economic Conference juga menjadi ajang presentasi hasil temuan Prasmulyan S1 Business Economics, yang mana pada tahun ke-5 tersebut, berkolaborasi dengan CSIS Indonesia untuk menjadi para pengulas materi. 

Panggung virtual hari itu diisi oleh mahasiswa semester 2 hingga semester akhir, seperti Michelle dan Leon yang mengangkat tema potensi 33 Provinsi Indonesia yang memiliki potensi wisata, serta Bagus dan Joseph menyorot secara spesifik Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai objek pariwisata.

“Saya pikir tema yang diangkat oleh BEST Economic Conference ini itu sangat timely,” puji Dekan Fathony. “Kita membicarakan perubahan yang terjadi saat ini, yang bisa menjadi peluang untuk resetting perekonomian Indonesia. Dan mungkin saja ada hal-hal yang belum kita capai atau sudah menjadi kebiasaan buruk atau kurang optimal semasa pandemi,” sambungnya.

Ingin mengetahui bahasan lengkap yang diangkat pada konferensi ini? Klik kanal YouTube BEST Association Prasetiya Mulya!

Tak hanya selesai pada pemaparan hasil penelitian ekonomi pariwisata tersebut, melalui kompetisi studi kasus untuk pelajar SMA dan mahasiswa, aktivasi konten edukatif di akun YouTube BEST Association, serta Podconomics and BEST Talks, para Prasmulyan juga didorong untuk senantiasa memberikan aspirasi mereka bagi percepatan pemulihan kembali, dunia pariwisata Indonesia. Sebagaimana pesan Yose Rizal Damuri, “Semoga ada secercah solusi yang dapat ditawarkan di acara ini.”

Add comment

Translate »