Cerita Prasmul
Sempat Tersungkur, Tim Prasmul Bangkit Kembali di BIRLA Asian Family Business Case Competition

Sempat Tersungkur, Tim Prasmul Bangkit Kembali di BIRLA Asian Family Business Case Competition

Pasti kamu sudah familier dengan brand tersohor seperti Martha Tilaar, PT Kalbe Farma, Samsung, dan Nike. Bukan sekadar “beruntung”, salah satu rahasia kesuksesan bisnis mereka selama puluhan tahun adalah keluarga. Menurut sebuah penelitian dari Babson College, bisnis keluarga cenderung lebih langgeng dibandingkan bisnis umum. Maka dari itu, bagi para mahasiswa bisnis dan entrepreneur, pengetahuan perihal family business penting untuk ditelusuri dan dikukuhkan, terutama melalui kompetisi sehat.

Ditunjuk untuk mengikuti BIRLA Asian Family Business Case Competition pada 25-27 Juli 2018 lalu, Yosephine Devina (S1 Branding 2016), Eric Christian (S1 Business 2014), Ignatius Egan (S1 Business 2014), dan Timothy Ajie (S1 Business 2015) tak perlu berpikir dua kali untuk menganggukan kepala. Terbang ke AIM Campus, Makati City, Filipina, semangat tersebut yang mengantarkan keempat Prasmulyan ini menuju gelar Juara 2. Namun sebelum mereka merayakan keberhasilan bersama, ternyata para jawara ini sempat tersungkur dalam kekecewaan. Lantas, bagaimana cara mereka bangkit kembali? Di sini, Ceritaprasmul telah dapatkan kisah lengkapnya!

Persiapan Selama Seminggu

Mewakili suara tim, Yosephine Devina, atau yang akrab dipanggil Devina, menjelaskan betapa mudahnya proses pendaftaran untuk mengikuti kompetisi regional ini. Tidak perlu ribet, keempat jagoan menerima dukungan penuh dari Prasmul. “Kami tinggal ngumpulin dokumen seperti Surat Keterangan Mahasiswa dan Kartu Mahasiswa,” ungkap Devina. “Setelah itu, semuanya diurus sama Prasmul, mulai dari submission, akomodasi, sampai tiket pesawat.”

Keempat Prasmulyan ditemani dua Faculty Member (Pak Sonny dan Pak Henry) dalam kompetisi regional ini.

Tanpa harus memikirkan prosedur pendaftaran, tim Prasmul dapat menggunakan waktu kosong tersebut untuk latihan. Namun karena termakan oleh Ujian Akhir Semester, keempat jagoan tersebut hanya memiliki 1,5 minggu untuk mengakrabkan diri dengan materi dan satu sama lain. Untungnya, mereka dibimbing oleh dua Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya, Pak Sonny Agustiawan dan Pak Henry Pribadi.

Egan, Eric, dan Devina berpose setelah kemenangan mereka.

Devina bercerita, ia dan ketiga teammates-nya diberi ruangan khusus untuk berlatih. Bukan ditemani kedua pembimbing saja, practice session juga disaksikan oleh berbagai Faculty Member dan juga tim mahasiswa yang pernah mengikuti kompetisi serupa. Alhasil, mereka menerima banyak feedback dan saran.

Lebih penting lagi, kami dibantu oleh Learning Center Prasmul untuk memperlancar kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa Inggris.

Dag Dig Dug!

BIRLA Asian Family Business Case Competition memiliki 3 tahap penyisihan. Untuk babak pertama, materi business case diberikan 5 hari sebelum keberangkatan ke Filipina. Artinya, peserta lomba memiliki waktu banyak untuk memantapkan diri sebelum melakukan presentasi di hari pertama. Devina beserta timnya berhasil duduk di peringkat kedua dan lanjut ke babak selanjutnya. Berbeda drastis, kali ini tiap tim hanya memiliki waktu 4 jam untuk menganalisis dan memecahkan kasus baru.

Para perwakilan Prasmul bertandang ke Filipina selama tiga hari.

“Di sini kami ngelakuin kesalahan fatal!” seru Devina. “Saat akan presentasi, kami baru sadar kalau ada pertanyaan yang kelewat. Wah, kami panik banget! Mau nggak mau, kami improvisasi di depan juri.”

Pasrah dan kecewa, tak terlintas di benak keempat Prasmulyan ini bahwa mereka akan lolos dari babak kedua. Tapi pada akhirnya, terbukti bahwa pengetahuan dan nalar para mahasiswa tersebut terpancar dalam improvisasi, karena diumumkan bahwa mereka lolos ke grand finale.

Pada babak final, kami ngerasain banget terjalinnya team bonding dan team building.

Tim yang masuk Grand Final mengikuti Gala Dinner.

“Malam itu juga, kami ngumpul untuk briefing kembali,” tutur Devina. “Semuanya kini tahu what to do. Egan sebagai thinker akan menguraikan masalah. Aku dan Eric memikirkan konsep. Kemudian Ajie fokus pada finance. Setelah menemukan role masing-masing, kami masuk ke babak akhir dengan kepercayaan diri baru!”

Mencetak Impresi

Bertanding dengan gigih melawan tim dari Malaysia dan Filipina, tim Prasetiya Mulya berhasil merebut titel Runner-up. Tapi bukan itu saja, Devina sendiri menerima penghargaan Miss Congeniality karena dianggap paling friendly oleh seluruh peserta lomba. Berkenalan dan bersosialisasi dengan pelajar dari negara tetangga, Devina menemukan bahwa berkompetisi merupakan kesempatan emas untuk berkoneksi.

Walaupun sempat tersungkur, tim Prasmul bangkit dengan gigih dan memenangkan titel Runner-up.
Pada hari terakhir, keempat Prasmulyan menjalin persahabatan dengan peserta dari Malaysia dan Filipina.

“Aku dapet banyak pengalaman dari berkompetisi,” ujarnya. “Selain expanding connection, pengembangan ilmu dan learning process jadi cepet banget. Apalagi dalam mengasah analytical thinking. Bukan piala, ini yang aku incar dari kompetisi.”

Kompetisi adalah suatu hal yang sangat humbling dan motivating karena kami dapat melihat kemampuan serta pengetahuan orang lain.

Congratulations pada keempat pemenang! Ternyata, selalu ada cara untuk bangkit dan bersaing kembali, bahkan ketika sedang merasa tersungkur. Kalau mau tahu kisah penuh inspirasi dari Prasmulyan lainnya, nantikan terus ya di Ceritaprasmul! (SDD)

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »