Cerita Prasmul
Prasmul x SMU 101: Introduction to the Collaboration Elective Class

Prasmul x SMU 101: Introduction to the Collaboration Elective Class

Untuk kamu yang belum banyak tahu tentang kelas elektif yang dibuka oleh program studi S1 Accounting & S1 Business Economics Prasmul dan Singapore Management University, ini adalah kesempatan mengenal lebih jauh apa saja kegiatan yang akan kamu lakukan di dalam mata kuliah pilihan ini.

Dibuka di semester ganjil 2022/2023, kelas ini diikuti oleh 44 mahasiswa, dimana 23 Prasmulyan dan 21 mahasiswa/i SMU. Berikut adalah hal-hal yang perlu kamu ketahui sebelum memutuskan untuk mengambil kelas kolaborasi Prasmul dan SMU:

  • Projects in Projects

Seperti yang mungkin para Prasmulyan sudah tahu, kelas ini merupakan buah kerjasama dengan Singapore Management University, salah satu sekolah bisnis yang unggul di Asia Tenggara. Dalam kolaborasi ini, Prasmul dan SMU menjalankan proyek kasus nyata perusahaan. Salah satu pembahasannya adalah menentukan HR policies dari sistem work from home dan work from office.

“Nah, setiap kelompok diberi assignments dari klien. Satu startup Singapura, namanya WeLucy, dan satunya EMTEK Group dari Indonesia,” Matthew menyebutkan case contributor kelas tersebut.

“Tiap kelompok diminta untuk  membantu menentukan kebijakan, dan masing-masing perusahaan memberi input ke kami, kira-kira tantangan apa saja yang dihadapi dalam proses bisnis. Kurang lebih (mahasiswa/i Prasmul dan SMU) jadi konsultannya.”

  • It’s Not Prasmul Without Practice

Tidak suka ujian tertulis? Berarti sistem ujian di kelas ini akan cocok denganmu yang lebih menyukai pengalaman di lapangan. “Ini yang sebenernya aku suka dari program elektif sama SMU–nggak ada UTS-UAS tertulis. Jadi semua ujiannya terkait dengan project,” jelas Prasmulyan S1 Accounting yang juga aktif berpartisipasi dalam lomba debat tersebut. 

Saat berkunjung ke ruang redaksi di EMTEK Tower

Pada saat UAS, Prasmulyans bersama dengan SMU student melakukan pitching di tempat klien, tepatnya di EMTEK Tower, Jakarta Pusat. Setiap 2-3 minggu sekali, mereka juga mendapatkan sesi bersama Profesor Yuanto Kusnadi untuk melihat progress serta memetakan kendala dalam melaksanakan proyek ini, sehingga mereka bisa membawakan hasil-hasil diskusi yang matang untuk masing-masing klien.

Selain UTS-UAS yang disajikan dalam format presentasi dan berorientasi pada kasus, serta penerapan praktis pengetahuan, kelas ini juga dilengkapi dengan berbagai macam kuliah tamu.

“Sekitar 8 pertemuan, lebih banyak guest lecture dimana Profesor Yuanto mengundang pemateri yang punya insight terkait keadaan ekonomi atau cara berbisnis di Indonesia, budaya di Indonesia, komunikasi, perpajakan,” paparnya. Matthew menambahkan, “Jadi guest lecture ini lebih mengenalkan lebih dalam kondisi ekonomi terkini, cara bersosialisasi, menjaga koneksi secara profesional di Indonesia.”

I for Innovation, I for Indonesia

Di samping semua kesibukan untuk berinovasi dari kurikulum, ada juga project sampingan yang menjadi salah satu highlight pengalaman Matthew: team presentation tentang Indonesia.

“Kelompoknya dibikin beda, dan kalau bisa nggak boleh sama. Kita pilih satu topik tentang Indonesia yang nanti akan kita presentasikan,” cerita Matthew. “(Temanya) Bebas apa saja. Bisa makanan, musik, tempat wisata, bahasa, dan lain-lain.” Kelompok Matthew sendiri mempresentasikan “Indonesian and Singaporean Language”.

Teman-teman dari Singapore Management University pun juga bergabung dalam cultural dialogue exchange ini, lho. Matthew bercerita bahwa kawan-kawan SMU juga mengajarkan beberapa hal tentang budaya mereka ke Prasmulyans.

Interesting sih. Misal dari Indo Theme presentation, aku nggak hanya belajar tentang Indonesia, tapi juga Singapura. Contohnya Singlish (Singaporean English) yang suka ada imbuhan lah, leh, gitu. Sedikit-sedikit aku jadi tahu mengapa ada imbuhan itu. Sedikit belajar bahasanya dan juga sekilas tentang kehidupan di sana,” kata pemuda berhobi kulineran tersebut.Selain menambah wawasan budaya, yang paling menyenangkan untuk Matthew adalah memiliki network baru.

Salah satu momen kebersamaan Matthew dengan rekannya.

“Punya teman yang culture-nya beda, tapi masih bisa akrab bareng dan bisa saling belajar dari satu sama lain itu hits different.” Bahkan, meski sudah lewat satu bulan, Matthew, Prasmulyan lain, dan teman-teman dari SMU masih saling berhubungan.

Chat sih sudah nggak seintens waktu kelas. Tapi kalo misal dari social media lain seperti IG, Telegram, itu kami masih tetap keep in touch.”

Karena bagi Matthew, perjalanan bagaimana interaksi peserta kelas kolaborasi tersebut mengesankan. Pasalnya, sewaktu Desember 2022, saat kawan-kawan SMU tiba di Indonesia untuk menyambung program yang sudah berjalan secara online. Bertemu secara langsung dan berinteraksi dengan kawan-kawan baru pascapandemi membuat suasana sedikit awkward dan challenging. Namun, justru itu yang mencetak kenangan manis di benak Matthew. 

“Aku enjoy banget progress-nya. Dari yang awal masih malu-malu, harus icebreaker dulu, lama-kelamaan jadi nggak awkward, dan bahkan jadi dekat,” mahasiswa kelahiran Jakarta tersebut bernostalgia. “Mulai dari sisi kerja pun saat itu, sudah ada kolaborasinya–berargumen, berdiskusi bersama-sama. Tidak cuma secara profesional, secara personal juga. Kita nggak langsung bubar, tapi kita ngobrol-ngobrol dulu. Itu yang menurutku valuable juga.” 

“Priceless.”

Bagi Matthew yang ingin berkarier di bidang consulting & advisory, kesempatan mengambil kelas elektif ini menjadi kesempatan emas. Di samping menambahkan pengalaman bertaraf internasional, Matthew menemukan manfaat-manfaat lainnya.

Matthew bersama teman sekelompoknya

“Aku jadi belajar gitu, bagaimana menemukan solusi yang paling optimum untuk sebuah kendala. Di satu sisi kita juga harus mengerti kliennya seperti apa, keadaan kliennya memungkinkan atau tidak. Kita jadi harus menyesuaikan solusi sesuai kebutuhan dan kemauan klien.”

Keberagaman pun menjadi sorotan. Walau terekspos juga dengan aspek ini di berbagai macam kerja kelompok dengan sesama orang Indonesia, tentu saja akan lebih terasa perbedaannya ketika kamu bertemu dengan orang-orang yang berlatar belakang berbeda.

“Kita bisa menggunakan keberagaman itu untuk saling kerjasama, saling membangun.”

“Pengalaman ini PRICELESS. Aku yakin pengalaman yang aku dapat ini, keputusan untuk mengambil matkul ini sebagai matkul elektif adalah keputusan terbaik yang aku ambil di 2022. The experience I got was way above my expectations. Ambil saja kesempatannya dahulu, gapapa capek!” tutup Matthew di akhir kisah nostalgianya.

1 comment

  • Seperti yang mungkin para Prasmulyan sudah tahu, kelas ini merupakan buah kerjasama dengan Singapore Management University, salah satu sekolah bisnis yang unggul di Asia Tenggara.

Translate »