Cerita Prasmul
IN2FOOD Project: Bukti Food Waste ≠ Waste of Opportunity

IN2FOOD Project: Bukti Food Waste ≠ Waste of Opportunity

Menurut Program Lingkungan PBB, Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Jumlah ini membuat Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara dan ketiga di dunia. Kalau dipikir-pikir, sangat prihatin melihat jumlah makanan yang terbuang begitu saja. But, look at the bright side! Setiap masalah pasti ada solusinya. Nah, itulah mengapa STEM Universitas Prasetiya Mulya bergabung dalam IN2FOOD Project atau Resolving a Societal Challenge: Interdisciplinary Approach Towards Fostering Collaborative INnovation in FOOD Waste Management. Fun fact, program ini sudah berjalan selama tiga tahun lho! Yuk, kita gali hal menarik yang muncul dari IN2FOOD Project 2023.

Prosesi pembukaan acara IN2FOOD Project 2023

Some Go to Waist, Others Go to Waste. 

Di tengah ancaman kelaparan dan kekurangan gizi yang terjadi di Indonesia, jumlah makanan yang terbuang di hotel setiap tahunnya menarik perhatian STEM Universitas Prasetiya Mulya untuk bergabung dalam IN2FOOD Project. “Terkait dengan food waste, hal yang paling utama adalah untuk mendefinisikan ulang tentang food waste. Kita harus melihat bahwa food waste adalah sebuah raw material atau bahan baku yang bisa diolah ulang menjadi produk lain yang secara ekonomi itu bisa bermanfaat bagi masyarakat,” ucap Stevanus Wisnu Wijaya, Dekan Sekolah STEM Universitas Prasetiya Mulya. 

Sambutan dari Stevanus Wisnu Wijaya, Dekan STEM Universitas Prasetiya Mulya

Tidak hanya menarik perhatian dari satu instansi, namun juga dari Hotelschool the Hague. “I’ve worked in the kitchen and I always get upset when I see really good food being wasted. I thought I could just take them home but it’s not really solving the bigger picture, so yeah I am excited to be here, learn more and share what I already know,” jelas Isabeau Galiart. Proyek kolaborasi ini juga berhasil gandeng beberapa perguruan tinggi lainnya, yaitu Universitas Katolik Parahyangan, Ghent University, Tampere University, Universitas Bina Nusantara, Universitas Ma Chung, dan Universitas Pembangunan Jaya, lho! 

From Waste to Taste!

Di masa sekarang, siapa sih yang tidak tahu The Ritz-Carlton Hotel atau Le Meridien Hotel? Hotel bintang lima yang berada di bawah naungan Marriott International sekaligus partner dari IN2FOOD Project tahun ini. Kerjasama tersebut membuat 68 partisipan dari berbagai universitas dan negara mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan General Manager, Head Chef, dan F&B Manager dari masing-masing hotel di bawah Marriott Group untuk memahami isu food waste secara langsung. “Menurut aku rangkaian acara yang paling krusial adalah hotel visit, karena dengan waktu yang singkat, peserta harus bisa mencari tahu bagaimana cara hotel menangani food waste,” cerita Rayhan Diffa Rizky Putra, Ketua Pelaksana IN2FOOD Project 2023. Berangkat dari permasalahan tersebut, peserta kemudian ditantang untuk membuat solusi yang akan dipresentasikan di hadapan Marriott International dan jajaran Universitas Prasetiya Mulya. 

Potret sesi pitching IN2FOOD

Percakapan yang terjadi membekali peserta dengan berbagai inspirasi untuk menciptakan solusi dari isu sampah makanan ini. Mulai dari menciptakan minuman, makanan, hingga aplikasi. “So, we came up with an app that connects vendors and upcyclers of the hotel, to recycle food waste to clothing and it is also a data measurement app where the hotel can track the amount of waste being produced,” jelas Ralph de Kruif, salah satu peserta dari Hotelschool the Hague, Belanda. 

“Alasan kita pilih cangkang telur sebagai ide kami adalah karena cangkang telur di restoran dan hotel dijadikan hal yang dibuang saja, padahal setelah kami riset banyak manfaatnya. Kami juga melihat banyak cangkang telur yang belum diberdayakan. Kami mau pake potensi ini untuk menjadikan cangkang telur sebagai sabun, bahan bangunan, dan odol,” ungkap Bryan Laywith, mahasiswa Food Technology dari Universitas Bina Nusantara yang lolos ke tahap final. 

The Taste of New Friendship!

Acara berdurasi 13 hari ini bukan hanya ajang untuk mencari ide terbaik untuk mengurangi sampah makanan di Indonesia, tapi juga menyediakan kesempatan bagi partisipan untuk belajar budaya, membangun networking, dan hubungan pertemanan yang long lasting! Salah satu strategi yang dirancang adalah untuk memainkan dinamika kelompok yang berpartisipasi. Dengan begitu, kolaborasi antara universitas dan pribadi dapat terbentuk secara matang. “Jadi sistem kompetisinya ada dua, offline dan hybrid. Kalau ketemu peserta dari satu universitas yang sama, itu peserta yang ikut secara hybrid, sedangkan yang offline dicampur jadi 1 kelompok,” jelas Rayhan. 

Kehangatan peserta IN2FOOD 2023

The reason why I joined IN2FOOD is because this is an internationally held event, so I get to meet a lot of people, from cross-culture and cross-countries.” 

Josh Samuel Dumanauw dari Universitas Katolik Parahyangan

Rangkaian agenda yang dilalui oleh peserta juga dirancang untuk membangun suasana yang hangat seperti coffee break, games, DJ session, termasuk dalam sesi introduction ke Marriott International oleh Titus Rosier, Chairman dari Marriott Business Council Indonesia, sesi workshop, brainstorming, hingga upacara untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. “The IN2FOOD Project was a good experience for me, to learn new cultures and be thrown into a project that is solution oriented,” ucap Thibault Stevens, jurusan Communication Sciences, Ghent University. 

Graciela

Add comment

Translate »