Cerita Prasmul
Kayuh Sepeda Hingga 15.000 KM Demi Galang Dana! (Alumni Success Story- Diego Yanuar)

Kayuh Sepeda Hingga 15.000 KM Demi Galang Dana! (Alumni Success Story- Diego Yanuar)

Di tengah hiruk-pikuk aktivitas yang terus melahap waktu yang kita punya, Diego Yanuar (Alumnus S1 Business Prasetiya Mulya 2005) dan pasangannya Marlies justru menyisihkan 1 tahun dalam hidup mereka untuk menjelajahi 20 negara dan 15.000 KM jarak yang terbentang antara Belanda hingga Indonesia, dengan menggunakan sepeda.

Apa yang membuat mereka tak gentar mengayuh? kepada Ceritaprasmul.com, Diego menjawab alasan yang menghidupkan semangatnya!

Saat Gerakan Everything in Between Dimulai

Bolak-balik Belanda-Indonesia bukanlah hal baru bagi pasangan dengan kewarganegaraan berbeda ini. “Dua tahun lalu gue pindah ke Belanda. Tapi di dua tahun sebelumnya, gue sering ‘terbang’ bolak-balik Belanda-Indonesia untuk ketemu Marlies,” ungkap Alumnus Prasmul yang hobi travelling ini.

Simak perjalanan Diego & Marlies di instagram @everythinginbetween.journal

Selama di pesawat, Diego maupun Marlies sadar bahwa ada satu hal yang terlewati. Mereka tidak pernah tahu apa yang terbentang dari Belanda ke Indonesia. Suatu saat, Marlies-pun berujar,

Eh kita sepedaan yuk dari Belanda ke Indonesia, biar ga penasaran lagi!

Meski terdengar nyeleneh di telinga orang awam, dua sosok petualang yang mendambakan harmonisasi antara manusia, hewan, dan tumbuhan ini membuat celetukan menjadi nyata. “Kami mulai pelajari rute sembari nabung selama 2 tahun,” kata Diego. Hingga akhirnya tibalah mereka di tanggal 2 April 2018, hari dimana Everything in Between memulai kayuhan pertamanya.

Kayuhan Pertama

(Ki-Ka): Marlies dan Diego meninggalkan Nijmegen, Belanda untuk berangkat ke Jerman.

The Smooth Road (Eropa), The Middle Earth (Central Asia), dan The Homecoming (South East Asia) adalah 3 rute perjalanan yang akan ditempuh Diego dan Marlies. Selain menyiapkan ‘bekal’ diantaranya emergency letter dalam beberapa versi bahasa, kemampuan survival dasar, maupun ilmu mekanikal sepeda, mereka mengisi kantong-kantong sepedanya dengan kebutuhan esensial.

“Sama seperti mau naik gunung. Kami bawa sleeping bag, matras, tenda, kompor, tripod, laptop, makanan, baju, sandal, sepatu, dan sparepart cadangan untuk sepeda. Oh iya..Marlies ga bawa makeup ya, karena dia mau natural kayak gue hehehe,” Jelas Diego diselingi canda.

Selang 2 bulan berlalu, kini mereka sudah berada di KM ke 3000.  11 negara telah dilalui dan Turki menjadi tempat mereka bernaung saat ini.

Tantangan Datang Menghampiri

Tak melulu lancar, kendala seperti tersesat di Jerman, keracunan makanan ketika di Turki, ataupun menghadapi rute yang tak ramah dilalui sepeda, juga menghiasi perjalanan Everything in Between.

Fun Fact: Hingga saat ini, Diego dan Marlies hanya menggunakan sepeda sebagai satu-satunya moda transportasi.

Adik dari penyanyi Andien Aisyah ini melanjutkan, “Tapi nanti pasti ada kondisi dimana kami harus pakai alat transportasi lain. Misalnya ketika jalur darat cukup bahaya dan ga direkomendasiin pesepeda lain.”

Memperbaiki gear sepeda Marlies yang rusak di Pazardzhik Province, Bulgaria.

Penasaran gimana cara mereka menjaga stamina? jawaban Diego sesederhana kalau lapar tinggal makan, kalau haus tinggal minum, dan kalau ngantuk tinggal tidur. Selain singgah di rumah penduduk maupun di hotel,  wild camp tak jarang menjadi opsi untuk bermalam. “Kalau udah gelap atau capek, kami bakal nyari tempat yang teduh untuk bikin tenda,” ungkap alumnus Prasmul yang pernah menjadi ketua SAC Futsal ini.

Kemah di Borovtsi, Montana, Bulgaria.

Melihat Apa Yang Mereka Lalui

Sepeda Diego dan Marlies telah menyusuri perkotaan, bukit, hutan, ladang, tebing, hingga tepi laut. Tidak percaya? ini buktinya!

Jalan berliku di Orsova, Romania.
Berhenti sejenak di Nieheim, Jerman.
Tanjakan di Eggestein, Jerman.
Berhenti sejenak sebelum mencapai Calafat, Romania.

Dengan mata telanjang, mereka menyaksikan bagaimana budaya, bahasa, dan etnis bertransformasi di setiap negara yang mereka kunjungi. Yang tak luput dari pandangan, Diego dan Marlies juga melihat banyak perusakan terhadap alam dan ekosistem hewan yang dilakukan manusia.

“Sekarang dunianya self-center. Apapun yang kita kerjakan, tujuannya hanya buat manusia,” ungkap Diego khawatir. Ketika ditanya alasan yang mendasarinya menjalani proyek Everything in Between, ia menjawab,

“Manusia itu punya kapabilitas yang besar. Harusnya kita bisa lebih berkontribusi terhadap sesama manusia, hewan, dan bahkan tumbuhan.” 

Mood Booster Diego dan Marlies

Diego menekankan, Everything in Between dijalankan bukan hanya untuk memenuhi hobi travelling dan menjawab rasa penasaran mereka.  Lebih dari itu, sejoli ini mendedikasikan setiap KM yang di tempuh untuk menjalankan aksi galang dana.

Yayasan Lestari Sayang Anak.

Dengan menggandeng crowdfunding Kitabisa.com, Diego dan Marlies berharap kampanye yang mereka jalani selama 1 tahun kedepan ini diharapkan mampu mengumpulkan €15000 atau setara dengan Rp. 260.000.000.

Jakarta Animal Aid Network.

“Kami membiayai trip ini dari tabungan pribadi. Adapun 100% dana yang terkumpul akan diberikan untuk manusia, hewan, dan tumbuhan melalui Yayasan Lestari Sayang Anak, Jakarta Animal Aid Network, dan Kebun Kumara,” ungkap Diego.

Kebun Kumara.

Diego dan Marlies yakin, Prasmulyan dan seluruh pembaca punya kepedulian yang sama dengan mereka. Inilah saatnya menjadi bagian dari kampanye Everything in Between dengan turut berdonasi melalui tautan berikut ini. Setiap rupiah yang kalian sisihkan, memiliki arti yang sangat besar dalam mendukung kehidupan makhluk hidup yang lebih harmonis.

Sumber foto:

Instagram: https://www.instagram.com/everythinginbetween.journal/

Vitry Octavia

Add comment

Translate »