Cerita Prasmul
Diskusi Terbuka Tentang Konsep Mall

Diskusi Terbuka Tentang Konsep Mall

Dalam kehidupan masyarakat kota-kota besar di Indonesia  yang modern, Mall telah menjadi simbol urban.  Sarana untuk  planned purchase atau pembelian  sesuatu yang sudah direncanakan di rumah menjadi fungsi Mall yang paling minimal. Namun, fungsi  Mall di atas dirasakan belum cukup bagi masyarakat metropolitan yang semakin posmodern.

Fungsi Mall pun terus bertambah. Hal ini diungkapkan oleh Yudho Hartono, MM saat mengisi acara Open Discussion tentang Mall bersama Eka Dewanto, MM, Vice General Manager Pondok Indah Mall Jakarta dalam rangka matakuliah Tourism & Leisure Management S1-Marketing Prasetiya Mulya pada hari (29/11) di Auditorium Kampus Prasmul BSD.

1

Menurut Yudho, dalam konteks masyarakat posmodern setidaknya Mall punya fungsi-fungsi berikut. Pertama, fungsi seduktif. Ia mencontohkan Mall bisa menggiring pengunjung untuk menyenangi orang-orang, etalase, barang-barang hingga musik yang ada di dalamnya. Selain itu,  Mall juga memiliki fungsi eksplorasi. Artinya, Mall bisa menjadi “museum” yang interaktif dan menawarkan pengalaman estetik.  Terakhir, Mall memiliki fungsi sebagai tempat untuk menonton dan ditonton. Ungkapan popular “The act of watching strangers” kiranya dapat mendeskripsikan fungsi ini.

Lantas, apa yang harus pengelola Mall lakukan untuk mall expansion? Yudho memberikan nilai crowd, colours, display, shop mix sebagai daya tarik. Tak kalah penting, Mall harus bisa memberikan nilai positif dalam bentuk  lovely atmosphere, shiny, glamorous, fashionable.

2

Inovasi Mall

Diskusi selanjutnya lebih mengangkat pengelolaan Mall dari sudut pandang praktisi Mall. Eka Dewanto, MM, Vice General Manager Pondok Indah Mall yang didaulat untuk memberikan sharing memulai pembicaraan dengan Mall Pondok Indah   yang dikelolanya.

“Dulu waktu Pak Ci — sapaan akrab Ir. Ciputra — mau membangun perumahan Pondok Indah banyak konsultan yang mencibir bahwa proyek ini tidak feasible, begitupun saat bikin Pondok Indah Mall, tapi dia tetap yakin bisa sukses,” kisahnya sambil menegaskan bahwa dengan entry barrier seperti ini, maka siapa yang berani mengeksekusi bisnis ini akan jadi pioneer.

Sambil melayani dari sembilan mahasiswa Prasetiya Mulya, Eka menyebutkan beberapa anomali dalam pengeloaan Mall di Indonesia. Menurutnya  ada satu Mall di Indonesia yang tidak pernah memasang iklan di media massa, yakni Plasa Senayan.

Pengelola Mall juga harus jeli betul memahami karakteristik mall-nya, apakah tergolong weekday mall yang akan menguntungkan bila berlokasi di perkantoran ataukah  weekend mall yang potensial berlokasi dekat perumahan, atau keduanya. Pondok Indah Mall sendiri, lanjut Eka, termasuk dalam sedikit Mall yang berani menggabungkan konsep Weekday dan Weekend Mall.

Poin terpenting dalam pengelolaan mall adalah mendatangkan tenant-tenant yang bisa mendatangkan banyak pengunjung.   Dalam hal ini dibutuhkan perumusan strategi Mix and composition dengan mengatur berapa persen tenant ritel, F&B, Bank, dll.

“persenan ini ada knowledge-nya juga lho,”  ujar Eka sambil memperlihatkan data pengunjung Mall berdasarkan jumlah terpakainya lot parkir di mall-mall tersebut.         

Add comment

Translate »