Cerita Prasmul
Dea Shakila: Sedikit Perbedaan yang Mencuri Perhatian 

Dea Shakila: Sedikit Perbedaan yang Mencuri Perhatian 

Banyak dari kita sering mendengar atau bahkan mengikuti acara talkshow, tetapi tahukah kamu bahwa dalam Bahasa Indonesia, talkshow disebut gelar wicara? Kalau belum tahu, sama kok, Dea Shakila awalnya juga tidak tahu. Namun, mahasiswi ini berhasil memenangkan predikat Favorit Duta Bahasa Sumatra Selatan pada Juni yang lalu! Kok bisa ya? Yuk, scroll ke bawah untuk cari tahu jawabannya!

Beda itu Sebuah Peluang!

Potret Dea Shakila saat hari penganugerahan.

Ketika berbicara tentang program Duta Bahasa, kita berekspektasi bahwa pesertanya pasti berasal dari jurusan bahasa dan sastra. Namun, Dea Shakila membuktikan bahwa stigma tersebut tidak selalu benar, lho! Datang dari jurusan S1 International Business Law, Dea tidak membiarkan kesenjangan tersebut mengalahkannya sebelum perlombaan dimulai. “Dari jurusan kita mungkin beda, tapi dari perbedaan, kita harus nunjukin kalau kita mempunyai banyak kelebihan,” tegas Dea. 

Berangkat dari semangat baru, Dea menantang dirinya untuk ikut Program Duta Bahasa, ajang yang mencari duta bahasa dari generasi muda yang melek literasi dan sastra. Bagi Dea, hal-hal  baru yang dipelajarinya juga harus disebarluaskan, terlepas dari mengikuti program ini atau tidak. “Salah satu hal baru yang aku ketahui adalah kalau kita juga punya lho tes Bahasa Indonesia. Menurut aku, orang-orang lain juga harus tahu ada TOEFL versi kita sendiri, namanya UKBI,” ungkap mahasiswi asal Palembang.   

Surprisingly, pilihan yang di luar kebanyakan orang justru membuatnya bersinar. Identitas sebagai anak hukum membuatnya sangat mudah untuk dikenali oleh orang-orang di Program Duta Bahasa. “Fun fact, mereka suka dengan singkatan jurusan aku, yaitu IBL dan itu tertanam di otak mereka,” cerita Dea. 

Tidak Selalu tentang Bahasa

Kebersamaan Dea dan Duta Bahasa lainnya

Saat menjalani seleksi wawancara, Dea menduga kalau pengembangan diri di luar bidang akademik juga menjadi faktor penilaian dalam pemilihan Duta Bahasa tersebut. “Thanks to Prasmul, yang selalu mendorong kita untuk berorganisasi, bikin aku lancar banget saat jawab pertanyaan wawancara tentang organisasi,” ucap mahasiswi yang menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa LEXIL periode 2022/2023.

Dugaan Dea ternyata benar. Program yang berjalan selama kurang lebih satu bulan ini ternyata menilai peserta juga dari segi sikap, bakat, dan keaktifan. Predikat Favorit Duta Bahasa jatuh ke tangan Dea berkat tekadnya untuk meningkatkan literasi bahasa dan sastra yang ada di Musi Rawas Utara, daerah 3T di Sumatra Selatan. “Kalau ditanya kenapa bisa jadi favorit, karena aku mendapatkan suara tertinggi saat ada polling yang dibuka ke umum,” ungkap Dea saat bercerita tentang hari penganugerahan. 

Sekali Duta Bahasa, Selamanya Duta Bahasa

Meskipun tidak meraih juara utama, Dea tidak berkecil hati karena ia tahu hasil bukan segalanya. Selain itu, Dea juga mendapatkan teman-teman baru yang selalu mendukungnya dalam segala hal. “Aku jadi menemukan arti dari pertemanan, walaupun acaranya hanya tujuh hari, tapi peserta di sana tidak sombong dan mau menang sendiri tapi kita memakai penghargaan yang sama,” cerita Dea. 

ki-ka: Figo Dwi Purnama (rekan Dea) dan Dea Shakila

“Di Duta Bahasa nggak ada istilah turun jabatan atau lengser.” 

Dea Shakila

Namun, perjalanan Dea baru saja dimulai. Akan ada berbagai program lanjutan seperti kemah literasi yang diadakan oleh Duta Bahasa untuk membangun kesadaran berbahasa di masyarakat. “Satu hal yang kita tahu ketika belajar Bahasa Indonesia secara dalam adalah Bahasa Indonesia itu indah,” tutup Dea. 

Graciela

Add comment

Translate »