Cerita Prasmul
Darahkubiru: Dari Hobi Jadi Payung Bisnis Brand Lokal – Success Story Panca Hidayat

Darahkubiru: Dari Hobi Jadi Payung Bisnis Brand Lokal – Success Story Panca Hidayat

Sebelum nama yang identik dengan warna jeans ini lahir, para pecinta denim sudah lebih dulu dekat dengan titel Denim Head dalam sebuah thread Kaskus. Akibat kegagalan sistem, inisiatif untuk tetap terhubung menjadi alasan menciptakan platform sendiri, yang kini berkembang menjadi pionir media digital tentang men’s lifestyle and denim, Darahkubiru.

Sukses bertahan selama 12 tahun, eksistensi komunitas yang mendukung per-denim-an Indonesia ini tentu tak lepas dari kehadiran sosok setia yang selalu memberikan waktu dan pikirannya. Mari berkenalan dengan Panca, Founder sekaligus CEO Darahkubiru!

Cerita Bertemu Komunitas

Tak seperti saat ini, merek lokal kala itu masih sangat jarang ditemui. (Sumber: Instagram @darahkubiru)

Alumnus MM Business Management bernama lengkap Panca Novianto Hidayat ini semula fokus berkarier di bidang IT, usai sukses mengampu gelar Sarjana Komputer. Kala itu, Panca yang hobi mengulik segala hal seputar denim menemukan partner dengan interest yang sama, namun masih secara online.

“Tahun 2008 itu ekosistem brand lokal belum berkembang, jadi belum banyak opsi mencari denim lokal,” ujar Panca. Karenanya, para Denim Head pun berkumpul, untuk saling berbagi update hingga informasi jastip (jasa titip) denim luar negeri. 

Anggota yang terus bertambah memberikan peluang upstage, membentuk komunitas resmi yang diberi nama Darahkubiru lewat acara gathering. Poster offline di tiang dan kampus pun disebar, dan hasilnya di luar ekspektasi. Acara berkumpul ini berubah menjadi pameran besar yang ramai pengunjung, hingga kini dikenal dengan nama Wall of Fades

Karena itu, Panca dan tim mantap mengembangkan komunitas denim terbesar di Indonesia ini menjadi bisnis, sekaligus sarana untuk mengembangkan kesadaran masyarakat seputar denim, fashion, dan lifestyle.

Fun Fact: Tak dikalahkan oleh pandemi, Wall Of Fades 2020 hadir dengan konsep baru, yaitu Wall Online Fades.

Adaptasi dan Kolaborasi Jadi Kekuatan Terbesar

Meski bermula dari hobi, menempati posisi level-C dalam bisnis tentu tak selalu mudah. Ada kalanya momen menguras tenaga muncul, seperti ketika masyarakat yang mulai melek fashion menuntut banyak kebaruan informasi serta inovasi.  

Sebuah spirit baru pun hadir, lewat dobrakan kolaborasi Darahkubiru dengan para brand lokal, sebut saja Compass, Pot Meets Pop dan Oldblue.co, yang terkenal membidik segmen pasar serupa. 

Untungnya, pengalaman kolaborasi ini sudah pernah Panca rasakan ketika menjalani studi S2 di MM Prasetiya Mulya. “Selain ilmu marketing dan finance yang banyak saya terapkan, saya juga banyak bertemu dengan orang baru dan figur inspiratif,” jelasnya.

Tak hanya bisnis, jiwa kolaboratif ini turut membantu Panca merawat komunitas, yang baginya perlu beradaptasi agar bisa “stay for long”. “Kalau dulu kita kumpulnya hanya regional, behavior nongkrong yang sekarang lebih ke online kita manfaatkan, supaya interaksi satu Indonesia menjadi lebih sering,” katanya.

Kini bukan saatnya lagi media pop saling berkompetisi. Justru dengan kolaborasi, hasil yang diperoleh dapat jauh melebihi ekspektasi.

Tak mudah untuk dipertahankan, Panca mengakui bahwa eksistensi Darahkubiru merupakan pencapaian terbesar, terlebih sebab mantan Direktur PT. Alvania Mandiri ini perlu memimpin lintas generasi, termasuk anak muda. 

Panca mengatakan, “Saya perlu trial and error untuk tahu apa yang tim Gen Z butuhkan, entah panggung, pengakuan, atau didengarkan. Tapi once sudah dapat, akan bagus banget.”

Payung bagi Brand Denim Lokal 

Kini, komunitas yang resmi dibentuk sejak 2009 ini telah berkembang menjadi berbagai lini bisnis, seperti portal media di website, media sosial, hingga aktivasi kampanye fashion, seperti Lalu Lintas Gaya pada 2019 lalu.


Seperti Panca, para alumnus berikut turut memajukan dunia kewirausahaan lokal Indonesia, lewat bidang-bidang menarik. Klik untuk membaca!


“Banyak juga teman-teman yang awalnya pembaca media kita, akhirnya berani bikin bisnis,” ungkap lulusan S1 Universitas Indonesia tersebut. “Menariknya, banyak brand lokal seperti Elhaus, Sage, Mischief yang secara langsung maupun tidak langsung lahir dari Darahkubiru dan mereka juga teman-teman kita,” pungkasnya.

Bahkan, kini sayap bisnis Darahkubiru tengah dikembangkan Panca hingga ke bidang creative lab, melihat banyaknya brand lokal dan luar negeri melirik model bisnis yang sukses dikembangkan. 

“Kami percaya fashion as a cycle. Sehingga ketika memasuki masa jenuh seperti pandemi, kami tidak libur. Justru, kami menunjukkan apresiasi, dengan tetap mempertahankan eksistensi.”

Bagi pria yang kini mantap melepas karier di jalur professional dan fokus mengembangkan bisnis dari hobi ini, end game Darahkubiru adalah menjadi portal media men’s lifestyle yang terkemuka di Indonesia. “Syukur sekali jika bisa menjadi nomor 1,” ungkap Panca.

Semangat dan sukses untuk terus mendukung ekosistem brand lokal Indonesia, Darahkubiru!

Gabriela Junisa Lasse

Add comment

Translate »