Cerita Prasmul
Christian Winata: Sejahterakan Pedagang Warung Lewat Warung Pintar – Alumni Success Story

Christian Winata: Sejahterakan Pedagang Warung Lewat Warung Pintar – Alumni Success Story

Tidak perlu jauh dari rumah, biasanya kamu sudah bisa melihat banyaknya ojol (ojek online) di jalanan, yang sedang memeriksa alamat atau menerima pesanan melalui smartphone mereka. Di saat yang bersamaan, pedagang warung juga tampak melayani pelanggan dengan uang kertas dan mencatat penjualan di buku besar. Perbedaan inilah yang jadi cikal bakal perintisan Warung Pintar oleh Christian Winata, Alumnus S1 Business 2010. 

Bersama tiga Co Founder lainnya, ia tekad membawa perubahan agar toko kelontong di Indonesia bisa catch up dengan percepatan teknologi. Ini kisahnya!

Membangun Jembatan

Kisah observasi ojol dan warung di atas sebenarnya merupakan pengalaman nyata dari Christian, yang kala itu sedang bekerja di sebuah Venture Capital. Ia bercerita, “Kami lihat waktu itu ojol sudah berkembang dari sisi pembayaran dan layanan yang diberikan. Di sisi lain, warung sangat tertinggal. Padahal mereka adalah tulang punggung dari ekonomi negara kita. Kami melihat ini sebagai problem sekaligus opportunity yang bisa dikerjakan.

Akhirnya, diluncurkanlah Warung Pintar pada tahun 2017. Melalui aplikasi khusus, startup ini menyediakan berbagai kebutuhan warung, mulai dari supply, hingga layanan lain seperti PPOB (Payment Point Online Bank), financing (terms of payment), dan fitur lainnya untuk mendukung para pemilik warung dalam kegiatan mereka sehari-hari.

Kita mencoba memulai dari memperbaiki rantai pasok,” ungkap Christian. “Kalau lihat industri FMCG sendiri, rantai pasoknya sangat panjang; dari distributor, wholesaler, agen, dan berbagai layer lainnya. Kita ingin membangun solusi agar MSME (Micro, Small, and Medium Enterprises) bisa mendapatkan layanan, pengiriman, harga, pilihan barang yang lebih baik dari solusi kami tersebut.”

Warung Pintar ingin memperpendek rantai pasok bagi MSME.

Setelah fokus pada juragan warung, langkah berikutnya adalah untuk bekerja sama dengan brand. Christian menjelaskan, Retailer dan brand, keduanya merupakan users Warung Pintar. Sekarang setelah sudah ada banyak stakeholder downstream, kita bisa move up. Dari sini, kita berharap untuk semakin mengokohkan jembatan dan memperkuat ekosistem.”

Motivasi dari Dedikasi Unik

Menurut Christian, meyakinkan para pedagang untuk menggunakan jasanya sangat susah. Mereka akan menyambut dengan skeptisisme; Mau nawarin apa? HP gue aja nggak bisa download aplikasi! Kemudian ketika sudah tertarik, mengedukasi apalagi mempertahankan mereka pun sama sulitnya. Meski demikian, tantangan utama bagi Christian bukanlah hal-hal tersebut.

Tantangan utama bagi Cristian adalah dalam membangun organisasi.

For me personally, the hardest part of building a startup is actually building the people and organization itself,” katanya. “Kami mencoba untuk menyelesaikan suatu masalah yang sangat besar. Kami harus memastikan bahwa semua orang memahami tujuan dari Warung Pintar. We have to find an effective organisation structure,  facilitate them to grow and finally make sure they work together to solve each problem along the way.

Tidak tanpa hasil, jerih payah Christian dan seluruh entitas Warung Pintar menghasilkan perkembangan yang luar biasa. Dalam tiga tahun saja, pegawai Warung Pintar bertumbuh dari 9 menjadi lebih dari 600. Sudah ada lebih dari 70 ribu warung terdaftar dalam layanannya. Pada masa pandemi pun, Warung Pintar berhasil keluar dari masa sulit dan mencatatkan pertumbuhan tertinggi selama perjalanannya.

Warung Pintar tumbuh secara signifikan dalam tiga tahun terakhir.

Walaupun bagi Christian “the biggest milestone is yet to come”, ada satu momen yang ia jadikan sebagai motivasi. “Banyak orang yang bersyukur karena sudah dibantu bangun usaha,” tuturnya. “The most defining moment adalah ketika salah satu mitra kita menamakan anaknya Muhammad Warpin. Ini pertama kalinya gue denger ada startup yang jadi inspirasi nama anak!”

Terinspirasi dari Prasmulyan

Christian membangun mentality wirausahawan di Prasmul.

Sebagai Co Founder, Christian memiliki cangkupan tanggung jawab yang cukup besar, terutama di awal perintisan. Ia mengaku, satu tahun pertama dipenuhi dengan trial and error. Tapi tidak menyerah begitu saja, mental baja yang ia bangun sejak masih mahasiswa membantunya menjadi entrepreneur yang gigih dan tangguh.

Mentality dan work ethic sangat terbangun selama di Prasmul,” ujarnya. “Sebagian besar adalah kerja kelompok. Itu ngebangun jiwa teamwork, integrity, responsibility, dan yang terpenting adalah trust. That’s the most precious present from Prasmul.

Ia pun terinspirasi dari teman angkatannya di Prasmul, Yohanes Sugihtononugroho, Founder CROWDE. Sering bertemu, Christian melihat betapa pentingnya passion dalam menjalankan sebuah bisnis, terutama ketika problem yang ingin dipecahkan belum pernah diperjuangkan sebelumnya.

Christian merampungkan, “Entrepreneurship is about a leap of faith, mentality, and a passion to grow. In education, people are willing to spend their time and energy to gain knowledge. Entrepreneurship is the same.”

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »