Cerita Prasmul
The Young, Diligent Businessman: Berbisnis-Berkuliah a la Reiner Oktavian

The Young, Diligent Businessman: Berbisnis-Berkuliah a la Reiner Oktavian

Reiner Oktavian Surya, atau yang akrab dipanggil Reiner, baru saja masuk kuliah tahun lalu. Namun, ia telah menggeluti dunia bisnis dan sekarang menjalankan dua usahanya, Atrium Projections dan Studio Lokal. Simak perjalanan Prasmulyan 2020 ini dalam mendirikan bisnis sembari menyeimbangkan kehidupan kuliahnya!

Bermula dari SMA, Muda = Bukan Halangan!

Reiner Oktavian, mahasiswa Branding 2020

Mahasiswa S1 Branding ini mengaku, ia sudah melirik bidang bisnis bahkan sebelum masuk kuliah. Sewaktu SMA, selain terlibat di kegiatan panitia atau organisasi, Reiner juga sempat menjadi freelancer untuk menambah pengalaman juga penghasilan. Sayangnya, inisiatif proaktif ini masih dipandang sebelah mata. Alasannya? Usia

Atrium Projections, bisnis lilin yang didrikan oleh Reiner

Karena masih SMA, orang menganggapnya, (anak SMA) bisa apa sih?” tutur Reiner saat menceritakan kilas balik permulaan kariernya sebagai entrepreneur. Ini pun menjadi alasan mengapa ia tidak terlibat di kegiatan organisasi saat masuk universitas. Sebab, segudang pengalaman telah dicicipi saat remaja dahulu. Kini fokusnya tertuju pada industri bisnis kreatif.

Aku rasa pandangan orang tuh jadi bakal berbeda kalau kita kerja sambil kuliah. Aku dapat lebih banyak kesempatan untuk membuktikan diri.

Kata-kata itu tidak hanya berupa janji kosong. Sebab, jurusan yang dipilih sang co-founder Studio Lokal sendiri mencerminkan kemampuannya dalam mengembangkan kedua bisnis, dari November 2021 hingga sekarang.

“I believe that I have a good business model. Gue punya kesempatan belajar business dan branding yang bagus dan itu yang mau gue tunjukin. That’s why I need to start my own business to stand out and prove them.

Infinite Creative Spaces from Infinite Inspirations

Terinspirasi dari salah satu rekannya yang sempat berjalan-jalan ke Korea Selatan, ternyata Studio Lokal merupakan adopsi sekaligus turunan dari konsep self-photo studio yang umum dijumpai di negara Ginseng. Di Indonesia sendiri, masih jarang ada studio berkonsep demikian, sehingga Reiner dan kawan-kawan melihat ini sebagai kesempatan tersebut untuk menciptakan pengalaman yang unik.

“Studio Lokal itu konsepnya seperti set studio yang ada kamera, lighting yang proper. Tapi bedanya di sini nggak ada fotografer, jadi kita foto sendiri menggunakan remote.” Pemuda asal Jakarta itu mengaku, ia dan teman-temannya ingin mengadopsi konsep studio minimalis untuk membiarkan orang-orang yang bersesi foto di Studio Lokal mengeksplorasi kreativitas mereka masing-masing.

Studio Lokal, usaha berkonsep self-photo studio yang dijalankan oleh Reiner

Di samping itu, ada alasan lain juga mengapa yang mengontrol kamera adalah klien sendiri.

Kadang orang kalau mau foto ada tekanan dari fotografer atau orang lain, kan. Nah, kita mau menghilangkan itu. Orang yang introvert, insecure, takut, mereka bisa ekspresikan diri mereka dengan lebih leluasa. Kita mau orang bisa berkreasi tanpa ada halangan.

Rupanya, inovasi ini berbuah manis. Walau baru 2 bulan genap berdiri, konsep ini laris manis hingga dalam sebulan, diperkirakan sudah ada 150-200 photo session.

The High Risk High Return

Semakin besar usia, semakin besar juga tanggung jawab seseorang. Begitu pula dengan progresi perkuliahan. Reiner pun mengaku cukup sulit memulai bisnis sambil berkuliah, terlebih sambil menjaga prestasi. Langkah pertama yang diambil pemuda yang juga andal dalam dunia desain grafis ini adalah menyejajarkan pandangan ke satu target.

Langkah berikutnya, menyortir prioritas dan target dalam tiap prioritas tersebut.

“Kalau dari aku, target dari dunia kerja adalah bisa achieve visi misi dari bisnis yang aku bangun, baik Atrium Projections ataupun Studio Lokal. Lalu untuk kuliah, target untuk mempertahankan predikat cum laude juga beasiswa.” Mulai dari situ, baru terlihat bagaimana cara membagi waktu antara berbisnis dengan kuliah. Reiner juga tidak melewatkan cerita strugglenya sebagai pemilik bisnis baru.

“Waktu awal buka bisnis kan belum punya karyawan, belum punya apapun dan kita harus benar-benar lakuin semuanya sendiri. Kalaupun nggak, maybe with only half of our capacities. Awalnya capek, tapi seiring berjalannya waktu akhirnya terbiasa. Malah enjoy ketika kita melihat hasilnya.”

Reiner Oktavian

Add comment

Translate »