Cerita Prasmul
Menyambut Peluang Ekonomi Tahun 2030, Ini Yang Harus Dilakukan Anak Muda Indonesia! (Finference 2018)

Menyambut Peluang Ekonomi Tahun 2030, Ini Yang Harus Dilakukan Anak Muda Indonesia! (Finference 2018)

Tahun 2030 diprediksi menjadi masa keemasan bagi Indonesia. Dalam 12 tahun ke depan, RI bukan hanya bisa menikmati puncak bonus demografi, namun Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diproyeksi mampu mencapai urutan ke-5 dunia. Tak berhenti disitu, riset Mckinsey juga menunjukan bahwa jumlah konsumen kelas menengah di Indonesia pada tahun 2030 meningkat hingga menyentuh angka 130 juta. Itu artinya, Indonesia semakin berpotensi menjadi negara dengan ekonomi kuat!

Meski memiliki pasar yang potensial, peluang di atas tak bisa direngkuh jika tidak dibarengi dengan capaian positif di berbagai bidang, salah satunya peningkatan di bidang kewirausahaan.

“Indonesia punya pasar yang besar, tapi kita belum mampu menjadi pemain di negeri sendiri,” ungkap Staf Khusus Kemkominfo Bidang Program Prioritas dan Ekonomi Digital Lis Sutjiati dalam acara Finference 2018, Sabtu (22/9) 2018 di Prasetiya Mulya BSD.

Ibu Lis Sutjiati dalam pembukaan Finference 2018

Seiring dengan masuknya era industri 4.0 dimana manusia hidup berdampingan dengan teknologi, Ibu Lis beserta jajaran speakers diantaranya Gunawan Sutanto (Former CEO IBM), David Soukhasing (Managing Director ANGIN), dan Charles Guinot (Founder dan CEO Online Pajak) membahas bagaimana kemajuan teknologi mampu menyokong kegiatan kewirausahaan.

“Di era ekonomi digital ini, infrastruktur adalah internet, platform adalah perusahaannya, dan sumber daya adalah data.”

Begitu yang dituturkan Ibu Lis dalam ajang yang diselenggarakan oleh S1 Finance and Banking serta Finance Investment Society (FIS) Prasmul ini. Sehingga, era digital mampu membuka kesempatan bagi generasi muda untuk menembus bisnis yang dulu hanya tersentral pada kaum kapitalis saja.

Ini Yang Harus Dilakukan Generasi Muda!

Kalau pemuda tidak memulai kontribusinya untuk memajukan Indonesia, jangan pernah komplain dengan kesemrawutan yang terjadi. -Lis Sutjiati

Seperti yang kita tahu, 4 perusahaan rintisan bergelar unicorn di Indonesia didirikan oleh generasi muda. Kesuksesan Nadiem dan kawan-kawan membuktikan bahwa anak muda juga memiliki kans untuk sukses di industri ini.

Finference 2018 dihadiri oleh 1000 peserta dari kalangan mahasiswa hingga pelaku industri startup.

Untuk itu, baik pemerintah maupun ecosystem player sangat menyokong pertumbuhan perusahaan startup di Indonesia. Sebagai fasilitator, pemerintah turut mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri perusahaan startup dengan melakukan inisiasi seperti program 1000 startup, program NEXTICORN, maupun program 1000 mentor. Disisi lain, para pelaku industri startup juga sangat terbuka akan ilmu bagi para pemain yang baru atau akan memasuki dunia startup.

Menurut seluruh pembicara, yang harus dilakukan generasi muda adalah memulai bisnis sedini mungkin! Karena pada prosesnya, setiap pelaku startup membutuhkan iterasi berkali-kali hingga bisa mencapai kesuksesan hingga mendapatkan label unicorn. (VIO)

Vitry Octavia

Add comment

Translate »