Cerita Prasmul
Mengangkat Simbol Budaya Dalam Balutan Unsur Kekinian, Mahasiswa S1 Event Hadirkan Tufe 2017

Mengangkat Simbol Budaya Dalam Balutan Unsur Kekinian, Mahasiswa S1 Event Hadirkan Tufe 2017

Kamis, 24 Agustus 2017 – Keelokan budaya lokal yang Indonesia miliki, sudah terbukti menjadi daya tarik bagi khalayak ramai. Sering terpapar di media massa bagaimana bangsa lain mengagumi bahkan mendalami warisan leluhur indonesia  seperti batik, gamelan maupun wayang.

Ironisnya, kita yang lahir dan besar di tanah air malah makin lalai dengan nilai-nilai budaya yang ada, dan memilih untuk lebih mendekat dengan paparan budaya asing.

Sebagai bagian dari generasi penerus bangsa, mahasiswa S1 Event  menuangkan suara dan aksinya dalam menggaungkan salah satu budaya lokal yaitu tumpeng melalui acara Tumpeng Festival (Tufe) 2017, pada Kamis (24/8) di Titan Center, Bintaro.

Pengunjung Tufe 2017

Agus W. Soehadi selaku Dekan School of Business and Economics Prasmul mengapresiasi pagelaran Tufe 2017. Karena menurutnya, tak mudah menanamkan warisan budaya ke generasi millenials.

“Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan mahasiswa S1 Event angkatan pertama atas terselenggaranya Tufe 2017. Tumpeng adalah makanan yang punya banyak nilai budaya di dalamnya, namun simbol budaya tersebut perlu digali unsur kekiniaannya supaya menarik bagi generasi millenials. Unsur kebaruan itu yang coba ditampilkan anak S1 Event,” paparnya.

Beliau menambahkan “Tujuannya, agar generasi muda tidak melihat tumpeng sebagai warisan generasi jaman dulu. Tapi, tumpeng bisa merepresentasikan generasi jaman sekarang dan yang akan datang,” tuturnya dalam sambutan Tufe 2017,”.

Setuju dengan Pak Agus! Menggarap acara dengan tema yang familiar di kalangan anak muda mungkin sudah sering dilakukan, namun apa jadinya ya jika anak muda ditantang untuk membuat event bertajuk tumpeng? Nah, ini dia yang dilakukan mahasiswa S1 Event Prasmul:

Tumpeng bukan sekedar makanan lho. Ini dia filosofinya!

Pada mata kuliah Performing Art di semester III, mahasiswa S1 Event ditantang untuk mendalami beragam filosofi dibalik kearifan lokal yang ada di Indonesia, hingga akhirnya dipilihlah tumpeng sebagai tema utama.

“Kita di challenge untuk menggaungkan nilai dalam simbol budaya ke banyak orang, sehingga dari yang tadinya ga tahu jadi tahu. Hasil riset pada semester 3 tersebut kemudian diimplementasikan pada mata kuliah Show & Performance di semester 4 ini,” ungkap Ida Bagus Dita Agastya selaku Ketua Tufe 2017.

Ida Bagus Dita Agastya (Mahasiswa S1 Event Prasmul angkatan 2015) selaku Ketua Tufe 2017

Bagus menambahkan, tumpeng bukan sekedar makanan lho. Dibalik bentuknya yang mengerucut, terselip mimpi dan harapan untuk semakin sukses namun tetap berpasrah terhadap tuhan YME. Adapun pelengkap lauk pauknya melambangkan sebuah kebersamaan yang saling melengkapi. Makanan ini pun dibuat dengan tenaga manusisa yang bersatu padu hingga terwujudlah satu tampah yang penuh dengan nilai kesatuan dan persatuan.

Nah, nilai persatuan inilah yang akan diangkat dalam Tufe 2017. Melalui tagar #BeragamBersatu, mahasiswa S1 Event Prasmul merangkai satu cerita tentang tumpeng melalui eksibisi karya seni, dongeng dan atraksi sulap.

Tufe 2017: Menggabungkan eksibisi karya seni, dongeng dan sulap

Berkunjung ke art space barangkali jadi new hype thing di kalangan anak muda. Untuk itu, Tufe 2017 menghadirkan art exhibition. Pengunjung diajak mengenal nilai-nilai persatuan di dalam tumpeng melalui karya seni dari empat pelaku industri kreatif kenamaan tanah air, yaitu Bong Tji Djin (kolektor foto), Fadel Ichsan (mahasiswa S1 Finance 2015 & pengrajin kain), Tities Sapoetra (designer), Tisa TS (penulis naskah) dan Shelton Aprilette (seniman handlettering & drawing). “Kita melakukan seleksi dan kurasi untuk tampil di art exhibition ini, supaya seninya bisa ada sangkut pautnya dengan tumpeng,” cerita Djodifa Rizki Arnaldy selaku panitia.

Tities Sapoetra mengangkat tema Tribute to David Bowie, karena sosok tersebut berani mengekspresikan keragaman melalui corak warna dan tampilan yang nyentrik
Buru karya Fadel Ichsan. Mahasiswa S1 Finance ini membuat Buru dengan menggabungkan pewarna biru alami dari indigo tinctoria, teknik shibori, tambal sulam dan anyam. Warna biru melambangkan ketenangan, sejalan dengan arti kacang panjang dalam tumpeng (sumber gambar: Instagram: @info_bintaro)
Kaligrafi tumpeng bertajuk ‘Filosofi Tumpeng’ karya Shelton Aprilette merepresentasikan nilai keberagaman. Kaligrafi ditulis dalam bahasa aksara, arab, thailand dan cina

Pesan persatuan selanjutnya diperkuat melalui pagelaran teatrikal dongeng oleh Tor-Tor dan sulap oleh Davino. Dalam cerita yang dibawakan, Tor-Tor berperan sebagai Man Doblang dan Davino sebagai Si Pilon. Duo ini membawa lakon peran sebagai leluhur zaman dulu, yang kembali ke tanah air untuk menyiarkan pesan kebangsaan dan keanekaragaman yang mulai tergerus di Indonesia. Disela-sela aksinya, pengunjung didominasi oleh siswa/i SMA Jakarta dan para awak media ini dihibur melalui sulap atraktif dari Davino.

 

 

Atraksi sulap oleh Davino yang berperan sebagai Si Pilon
Teatrikal dongeng oleh Tor-Tor

 

Acara yang diorganisir oleh 32 mahasiswa S1 Event Prasmul ini berjalan sukses dan menuai tanggapan positif dari para pengunjung, salah satunya Rafi dari SMA Al-Azhar Pejaten.  “Acaranya ngena banget. Tanpa kita sadari, terlalu banyak stereotipe di lingkungan sosial yang ngebuat bangsa kita semakin pecah. Acara Tufe 2017 ngingetin kita semua kalo sebenernya kita itu sama, kita bangsa Indonesia,” tutupnya. Bravo S1 Event Prasmul 2015!.  (*vio)

Sumber gambar:

Instagram: @Tufe.event

 

Add comment

Translate »