Cerita Prasmul
Melalui AIESEC Prasmul, Perempuan Ini Terbang dari Cina untuk Magang di Indonesia

Melalui AIESEC Prasmul, Perempuan Ini Terbang dari Cina untuk Magang di Indonesia

Berdiri sejak tahun 1948, nama AIESEC sudah tak asing lagi di telinga para pemuda-pemudi dunia. Organisasi yang dijalankan oleh generasi muda ini memiliki puluhan ribu anggota secara global. Termotivasi dari isu-isu kemanusiaan dan pengembangan diri, AIESEC menjadi organisasi pilihan untuk mengasah leadership skills dan menciptakan koneksi.

Sebagai universitas yang mengutamakan pembangunan soft-skills, AIESEC in Prasetiya Mulya jadi salah satu medium untuk menemukan program sukarela serta program magang di Indonesia. Lebih penting lagi, AIESEC in Prasetiya Mulya tidak eksklusif untuk mahasiswa Prasmul saja, tapi untuk semua insan muda di seluruh dunia!

Kath Biying Wu, seorang perempuan muda dari Cina, menjadi salah satu contoh peserta program Global Entrepreneur yang diampu AIESEC in Prasetiya Mulya. Mengenai pengalaman menariknya di Indonesia, Kath menceritakan sendiri kepada Ceritaprasmul. Ikuti perjalanannya!

MY DAYS IN INDONESIA

By Kath Biying Wu

Tiba di Indonesia

Hai, Saya Kath Biying Wu dari Cina. Melalui program AIESEC in Prasetiya Mulya, saya magang untuk sebuah perusaahan startup di Indonesia bernama Kioson. Saya harus terbang selama lebih dari 5 jam sebelum akhirnya tiba di Indonesia, tepatnya Jakarta. Sedikit mengenai Kioson, ia adalah sebuah perusahaan startup yang menyediakan platform O2O untuk membantu orang berbelanja online, terutama bagi mereka yang tidak memiliki bank dan telepon. Keren, kan?

Kioson merupakan perusahaan startup yang menyediakan platform O2O. (Sumber ilustrasi: Instagram @kioson_id)

Jujur, pertama kali menginjak kantor Kioson yang berada di AXA Tower, Jakarta Selatan, saya sangat gugup tapi juga semangat. Kebetulan, pada hari pertama, tim departemen pemasaran sedang mengadakan pertemuan mingguan. Alhasil, saya pun turut bergabung di ruang meeting tersebut. Michael, salah satu rekan saya dari tim pemasaran, bersikap friendly dan bertanya tentang kegiatan saya di weekend terakhir. Usai mendengar kisah saya, dia juga sharing pengalaman akhir pekannya.

Michael bercerita, ia dan pacarnya mengunjungi sebuah restoran yang sepi, hanya ada mereka berdua di dalamnya. Tapi tak lama, tamu mulai berdatangan. Kemudian makin banyak lagi pelanggan yang bermunculan. Menurut Michael, fenomena ini disebut “efek kupu-kupu pelanggan”. Ketika ada satu tamu masuk ke dalam sebuah restoran atau toko, maka orang lain akan ikut terpengaruh. Cerita ini saya kenang terus-menerus, bahkan setelah saya meninggalkan Indonesia.

Jakarta Dilanda Gempa

Pada 23 Januari 2018, terjadi sebuah bencana alam. Saya sedang bersantai di ruang duduk kantor ketika gempa terjadi. AXA Tower berguncang begitu hebat sampai saya terjatuh ke lantai, kebingungan. Pada saat yang sama, saya melihat semua orang panik dan berlari menuju tangga darurat. Saya langsung tersadar bahwa saya harus mengikuti mereka. Dalam keadaan tidak memakai sepatu, saya terjebak di tangga bersama kerumunan orang.

Menggunakan handphone, saya mengirim pesan ke sang ayah dan memberitahunya bahwa ada gempa bumi di Jakarta. Saya minta ia menjaga Ibu jika hal terburuk terjadi. Hanya mereka berdua yang ada di pikiran saya saat itu. Bukan soal belajar, pekerjaan, atau traveling keliling dunia. Kejadian ini berikan saya perspektif baru mengenai program magang ini.

Merasakan Suasana Kantor yang Unik

Kath dapat menjalankan program magang melalui program dari AIESEC In Prasmul. (Sumber ilustrasi: Instagram @kioson_id)

Kioson adalah start-up terbuka. Artinya, walaupun merupakan kantor profesional, sifatnya lebih bebas dibandingkan kantor pada umumnya. Saya bisa datang ke kantor kapan pun saya mau. Saya bisa jajan ke mall yang ada di dekat kantor ketika merasa lapar atau mengunjungi café untuk membeli kopi. Saya dan seorang rekan bernama Kak Shindy sangat menyukai coklat. Jadi, ketika merasa mengantuk, kami akan pergi ke supermarket untuk membeli cokelat. Pokoknya santai banget!

Pertama Kali Dikejar Deadline

Saya ingat, pertama kali saya melakukan presentasi adalah di hari Jumat. CEO Kioson, Mas Brian, mengatakan bahwa ia akan melakukan perjalanan dinas ke Cina. Untuk itu, ia membutuhkan semua informasi mengenai platform digital pembayaran pihak ketiga di Cina bernama Alipay.

Permintaan ini bersifat mendadak, jadi saya harus bekerja dalam waktu yang sempit. Saya melakukan riset pemasaran untuk mengetahui lebih banyak tentang Alipay dan pengembangannya. Saya pun mengadakan survei kuisioner mengenai Alipay dan menerima lebih dari 100 respons. Kemudian, saya coba analisis hasil survei dan cari tahu apa yang membuat konsumen memilih platform pembayaran digital Alipay.

Dari penelitian tersebut, saya menemukan bahwa Alipay mengubah kebiasaan pembayaran orang
Tionghoa. Secara langsung, Cina beralih menjadi negara dengan masyarakat cashless alias tidak memegang uang fisik. Alasannya adalah karena Alipay merupakan alat pembayaran yang mudah digunakan. Sebagai orang yang tinggal di Cina, saya tahu betul bahwa orang Cina menyukai online shopping, namun sulit membayar tagihannya. Dengan Alipay, proses belanja jadi nyaman dan aman.

Hasil presentasi dan masukan saya mengenai platform ini diberi pujian oleh rekan-rekan kerja saya. Mendengar bahwa saya telah melakukan pekerjaan dengan baik tentu saja membuat saya termotivasi.

Mendapat Pengalaman di Tiap Pertemuan

Pada minggu ke-5 di Indonesia, saya diundang untuk bergabung dalam meeting untuk membahas desain ulang logo Kioson. Walaupun ada beberapa desainer, semua tim ikut serta dalam memberikan masukan desain logo dan ide-ide hebat mereka. Saya pun juga menggambar beberapa logo dan membagikannya di grup kerja WhatsApp. Meskipun tidak memiliki skill desain dan merancang, saya senang memiliki pengalaman ini dan diberikan kesempatan untuk unjuk aspirasi.

Pengalaman menarik lainnya adalah ketika Kioson meluncurkan aplikasi baru dan hendak melakukan promosi ke kampus-kampus. Mereka menargetkan generasi muda karena mereka percaya bahwa mahasiswa adalah penggerak bangsa. Di sesi meeting, saya menyarankan untuk mengadakan kompetisi di perguruan tinggi, dengan strategi win-win solution. Saya juga mengusulkan untuk menunjuk beberapa mahasiswa unggulan sebagai duta, agar mereka bisa jadi panutan bagi yang lain. Gagasan tersebut terinspirasi dari iklan-iklan modern yang menggunakan bintang terkenal untuk mempromosikan produknya.

Pada akhirnya, saya sangat senang dan bangga bisa menjadi bagian dari Kioson, perusahaan muda yang aktif dan menjanjikan. Saya percaya dan berharap mereka dapat lebih sukses lagi di masa depan.

Kath from China

3 Maret 2018

 

(Editor: SDD)

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »