Cerita Prasmul
Mau Bisnis Apa Kerja Dulu Ya? l Sebuah Artikel Bisnis oleh Dosen Universitas Prasetiya Mulya

Mau Bisnis Apa Kerja Dulu Ya? l Sebuah Artikel Bisnis oleh Dosen Universitas Prasetiya Mulya

joba or business cerita prasmul

By:

M. SETIAWAN KUSMULYONO

Dosen S1 School of Business and Economics Universitas Prasetiya Mulya

 

“Eh lo daftar berapa di Talent Fair?”

Pertanyaan ini biasanya sering dijumpai di mahasiswa tingkat akhir di Prasetiya Mulya. Hal ini terjadi karena pada momen semester akhir, mahasiswa yang sedang menempuh tugas akhir, boleh untuk berpartisipasi di Talent Fair, semacam career expo untuk mencari pekerjaan khusus mahasiswa Prasetiya Mulya. Ada yang mengambil 10 perusahaan, ada yang sebanyak-banyaknya yang dia bisa, ada juga yang memilih sedikit karena yakin pasti diterima.

 

Namun, fenomena Talent Fair ini ternyata tidak menarik minat seluruh Prasmulyan. Ada yang tetap berpegang teguh untuk tetap memulai bisnis selepas gelar SE ditangan. Dan saking teguhnya, talent fair-pun tidak dia ikuti.

Pilihan-pilihan ini tentunya sah-sah saja. Tidak ada yang salah, dan tidak ada yang paling benar juga. Semua pilihan harus didasarkan dengan hati nurani, jangan karena keterpaksaan. Pilihan untuk berkarir merupakan pilihan yang harus ditentukan dengan kesadaran tinggi, tidak ikutan teman, tidak karena desakan orang tua, ataupun tidak karena gengsi saja.

Beberapa langkah sederhana ini dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih karir yang cemerlang selepas lulus dari Prasmul.

Langkah pertama, tentukan dulu tujuan utama jangka pendek kita selepas lulus. Tujuan jangka pendek ini dibuat untuk 2 hingga 3 tahun mendatang. 2 sampai 3 tahun merupakan titik kritikal dimana mahasiswa mulai mencari kenyamanan dalam bekerja. Jika tidak nyaman, periode waktu ini sering menjadi periode kutu loncat atau alih profesi menjadi wirausaha. Misalnya, bisa seperti demikian:

 

“pokoknya gw cari pengalaman dulu dua tahunan ini, kalau gw udah ngerti, gw langsung buka bisnis ah” — buat yang ingin jadi wirausaha

“kalau dua tahun gw udah ga nyaman lagi, gw cari tantangan yang lebih oke. Mungkin ganti industri, atau ke luar negeri, yang penting hepi” — buat yang terus ingin berkarir.

 

Langkah kedua, pertimbangkan apa sebenarnya harapan orang tua sama diri kita. Kata kuncinya tetap pertimbangkan lho ya, bukan memaksakan. Cobalah untuk diskusi dengan orang tua tentang apa yang mereka inginkan terhadap anak mereka. Jika harapannya sesuai dengan harapan kita, maka tidak ada masalah. Nah, jika harapannya berbeda, maka diskusikan. Orang tua sudah berkorban cukup banyak dengan membiayai pendidikan kita. Namun, tetap, cari jalan tengah yang tidak sampai membuat hati orang tua kita tidak nyaman.

 

Langkah ketiga, tanyakanlah dalam diri sendiri apa yang membuat kita nyaman. Nyaman itu penting lho. Daftar teratas sebelum gaji yang menarik, dan lebih atas lagi dari faktor lingkungan kerja yang nyaman. Nyaman ini harus nyaman jasmani dan rohani, jangan sampai nyaman namun masih ada yang dipendam. Ingatlah kisah Michael Jackson. Dia sangat sukses dan nyaman menjadi penyanyi. Namun, dalam dirinya, sebenarnya tersiksa dan karena itu dia sangat membenci orang tuanya karena dia menjadi penyanyi.

 

Semoga tiga langkah ini menjadi langkah produktif bagi Prasmulyan untuk mengabdi bagi bangsa dengan caranya masing-masing, baik sebagai wirausaha, profesional, maupun karir lainnya. Yakinkanlah dalam diri kita bahwa dalam diri kita mengalir gen kreativitas, kromosom inovasi, dan darah pembaharu, untuk selalu berbuat terbaik di bidangnya masing-masing. Bravo Prasmulyan.

Add comment

Translate »