Cerita Prasmul
Jalan-jalan dan Liburan Bukan Jadi Alasan Untuk Cari Beasiswa S2 Ke Luar Negeri!

Jalan-jalan dan Liburan Bukan Jadi Alasan Untuk Cari Beasiswa S2 Ke Luar Negeri!

Halo Prasmulyan! Mau tanya dong, kira-kira kamu ada rencana untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2 nggak setelah lulus nanti? Memang, beberapa fresh graduates memilih untuk langsung mencari kerja dan mulai membangun karier. Namun tak sedikit pula orang-orang yang passionate dalam belajar, apalagi kalau bisa mendapatkan beasiswa dan berkuliah di universitas ternama di luar negeri!

ImpACT Talks! dihadiri 250 mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya.

Hal ini merupakan salah satu topik yang diangkat dalam acara ImpACT Talks! pada hari Selasa (26/3) lalu di Universitas Prasetiya Mulya. Diselenggarakan oleh Kantor Staf Presiden, kegiatan ImpACT Talks! dibawa ke berbagai universitas untuk menjadi wadah berbagi cerita dengan mahasiswa. Mengupas perihal beasiswa, Aditya Mandarizky, salah satu dari empat pembicara ImpACT Talks!, berbagi pengalaman suksesnya sebagai peraih beasiswa LPDP di hadapan 250 Prasmulyan dari beragam jurusan.

Mendaftar Beasiswa Butuh Motivasi

Menurut live polling yang dilakukan sepanjang acara, sebanyak 10% hadirin ImpACT Talks! ingin langsung mengambil S2 setelah lulus dari Prasmul. Namun, tak dapat dipungkiri banyaknya biaya transportasi, akomodasi, dan perkuliahan yang harus dikeluarkan jika seseorang ingin berkuliah di luar negeri. Maka dari itu, beasiswa menjadi incaran para cendekiawan yang ingin memperoleh gelar Master.

Aditya Mandarizky (tengah) memberikan tips & tricks dalam mencari beasiswa S2 ke luar negeri.

Gue sudah tahu ingin melanjutkan kuliah di luar negeri sejak masih berkuliah S1 semester awal,” kata Adit yang kini bekerja sebagai Banking & Finance Profesional di Kantor Staf Presiden. “Menurut gue, ada tiga hal penting yang perlu dilakukan para pengincar beasiswa.”

Motivasi menjadi butiran pertama yang ia sebut. Menurutnya, banyak anak muda yang sekadar tergoda oleh fasilitas gratis dan kesempatan “jalan-jalan” ke negara asing tanpa memikirkan tanggung jawab. Selain itu, beberapa fresh graduates lebih memilih berkuliah lagi ketimbang bekerja karena dianggap lebih mudah. Adit menyatakan, seseorang harus memiliki bayangan karier, kampus tujuan, dan minat jurusan ketika mendaftar beasiswa.


Selain Adit, ImpACT Talks! juga dihadiri tiga pembicara lainnya yakni alumnus S1 Business 2010, Elisa Suteja (Deputi CEO Fore Coffee), serta dua perwakilan lain dari Kantor Staf Presiden, Armedya Dewangga (Creative Communication Specialist Kantor Staff Kepresidenan) dan Grace Dewi (Fullbright Scholarship Awardee).

Butir kedua adalah research. Gue bingung kalau orang masih nanya syarat daftar LPDP, padahal semuanya ada di Google,” ujar alumnus University of Edinburgh Business School tersebut. “Kalau benar niat, semua informasi bisa ditemukan di internet. Masing-masing beasiswa berbeda dan unik. Cari yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan kalian.”

Terakhir adalah planning. Adit mengungkapkan bahwa ia menuangkan semua informasi yang ia dapatkan ke Excel agar ia bisa menyusun perencanaan secara baik dan jelas. “Kalau kalian mau berangkat tahun 2021, tarik mundur dan tentukan kapan kalian harus mulai mendaftar,” sarannya.

Siap Berjuang Sampai 5 Tahun

Nyatanya, mencari beasiswa memang tidak semudah menjentikkan jari. Beberapa orang berhasil lolos pada tahun pertama, namun tak jarang ada yang tembus setelah 3-5 tahun percobaan.

“Mendafar beasiswa tuh ada learning curve-nya,“ jelas Adit. “Misalnya gagal, kalian bisa evaluasi dan cari tahu di mana kekurangan kalian. Mungkin saja di tahap wawancara, pengumpulan dokumen, atau penulisan esai.”

Mahasiswa Prasmul dengan antusias melontarkan pertanyaan mereka pada pembicara.

Menyetujui pernyataan Adit adalah Grace Dewi, yang juga merupakan peraih beasiswa Fullbright Presidential PhD di Rutgers Business School. Wanita yang menjabat sebagai Economy & Strategy Advisor untuk Kantor Staf Presiden tersebut menambahkan bahwa dalam mencari beasiswa diperlukan perjuangan, komitmen, serta dedikasi tinggi. “You have to work as if everything depends on you,” tekannya. “Then you have to pray as if everything depends on God.”

Jangan Bicara Saja!

ImpACT Talks! sengaja diadakan oleh Kantor Staf Presiden untuk mempersiapkan para mahasiswa usai mendapatkan gelar Sarjana. Secara garis besar, kegiatan ini mengangkat tiga topik utama, yakni karier, kepemimpinan, serta beasiswa. Tapi bukan talk show biasa yang sekadar memberi inspirasi, ImpACT Talks! juga mendorong peserta untuk bergerak dan beraksi.


Denni Puspa Purbasari, Deputi III Kepala Staf Presiden, mendorong generasi penerus bangsa untuk merealisasikan ide mereka.
Acara diakhiri dengan sesi foto bersama oleh perwakilan Universitas Prasetiya Mulya, Kantor Staf Presiden, serta para pembicara.

Ngomong itu mudah,” tutur Denni Puspa Purbasari, Deputi III Kepala Staf Presiden. “Saya mau ajari kalian untuk melakukan. Jangan hanya ide, ide, dan ide. Eksekusikan dengan pengetahuan, perencanaan, kolaborasi, critical thinking, dan passion!”

Jadi gimana Prasmulyan, apakah kamu tertarik mendaftar beasiswa ke luar negeri seperti Adit dan Grace? Lakukan dengan pikiran dan hati terbuka, maka kamu bisa mengikuti jejak sukses mereka. Selamat mencoba!

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »