Cerita Prasmul
Gali Potensi Kreatif Lewat Eksplorasi dan Imajinasi — Prasmulyan of the Month

Gali Potensi Kreatif Lewat Eksplorasi dan Imajinasi — Prasmulyan of the Month

Dalam beberapa tahun ke depan, industri kreatif Indonesia mungkin tidak akan asing dengan nama Angelina Love Valentine, atau yang lebih kita kenal sebagai Angel. Selama mengenyam pendidikan di kampus ini, Angel telah membuktikan sifat-sifat cerdas, disiplin, serta memiliki dedikasi tinggi dalam berkarya seni; kumpulan karakteristik yang amat dicari dan dibutuhkan oleh industri kreatif.

Passion Kreatif dari Kecil

Saat ini Angel tengah mendalami Program S1 Product Design Engineering. Namun, gairahnya terhadap bidang seni kriya sudah muncul sejak dini. Angel kecil suka sekali dengan arts and crafts, dimana senang menciptakan sesuatu yang baru dari barang-barang bekas, seperti kain flanel sisa. Kesukaannya ini kemudian menjadi panduan Angel dalam membuat salah satu keputusan besar dalam hidup: memilih jurusan kuliah.

Kursi FLIP karya Angel

“Saat aku SMA, aku bingung mutusin mau masuk kuliah apa. Yang aku tahu, aku mau masuk fakultas seni rupa gitu lah, yang ada desainnya. Tapi kan ada banyak ya. Ada yang kayak DKV, desain interior.” Dan dalam kebingungan inilah Angel menemukan Universitas Prasetiya Mulya, dengan jurusan yang terdengar lekat sekali dengan masa kanak-kanaknya.

“Aku memang suka Prasmul dan aku baru tahu waktu itu di Prasmul ada product design, jadi aku mutusin untuk daftar di jurusan ini. Sampai sekarang aku seneng banget. Mungkin itu pilihan yang tepat banget karena sesuai sama apa yang aku mau.”

Buat Orang Kreatif, Kepo dan Eksplorasi itu Wajib!

Memang, kata orang bekerja dalam passion itu tricky. Ketimbang betah, seringkali kita jadi muak pada hal yang dulunya kita gemari. Bagi Angel, kuncinya adalah tidak berkutat pada satu hal yang digemari saja. Walau sudah berjodoh dengan kriya atau product design, Angel tetap terbuka untuk mencoba hal-hal lain dalam bidang kreatif, seperti musik. Saat ini Angel terlibat sebagai pemain biola dalam Sound of Phoenix, tapi sekali lagi, bagi Angel musik sendiri bukan hal baru.

Potret Angel bersama rekan di Eufontara Concert

“Aku pertama kali belajar musik itu waktu aku SD.” Yang dilanjutkan dengan cerita tentang hari-harinya mengikuti les piano. Masa-masa itu hanya berlangsung selama setahun, sampai Angel menemukan kebosanan dalam rutinitas tersebut. “Aku tuh ngerasa kayak, pengen eksplor sendiri lagi aja lah, aku pengen belajar sendiri. Hingga suatu waktu, aku belajar instrumen baru lagi, biola, yang justru jadi main instrument aku.”

Tak hanya itu, Angel pun memiliki andil dalam bidang visual kreatif. Beberapa kali Angel terlibat sebagai panitia dengan tanggung jawab graphic design, serta menjadi project office creative. “Menurut aku, bidang kreatif itu luas,” sahut Angel. “Kalau untuk product design ya nggak cuma kita desain sebuah barang kayak furniture, tapi juga ada packaging, kita juga belajar tentang lighting, bikin kayak diorama untuk stage gitu. Jadi kita disuruh bikin, gimana sih caranya buat stage untuk sebuah lagu? Kita coba desain stage-nya.”

Penjabaran Angel terdengar seperti tanpa batas.

“Jadi, menurut aku di kreatif itu banyak banget hal yang bisa dieksplor. Dan sejauh ini sih aku suka semua, karena akan ada new challenge di setiap bidang baru.”

Sibuk Berkarya? Jangan Sampai Tumbang!

Mendengar begitu banyaknya proyek yang diemban oleh Angel, tentu rasa lelah menjadi sebuah kekhawatiran. Angel pun mengaku load management merupakan tantangan terbesar yang mesti ia alami.

“Aku setiap hari buat to do list, hari ini aku harus kelarin apa, aku harus achieve apa hari ini biar tugas-tugas tuh berjalan lancar. Tapi ya balik lagi, walaupun aku udah set goals dan aku udah bagi waktu, kadang nggak semua hal yang harus aku kerjain di hari itu bisa tercapai.”

Meski sempat merasa frustrasi, Angel tidak berhenti dan mencari jalan keluar. “Kayak, ada hal yang, oh kayanya waktunya udah nggak keburu. Aku nggak mau paksain selesaiin itu semua. Kadang, mungkin apa yang mau aku kerjain di hari itu terlalu banyak jadi nggak keburu.”

Angel lalu melanjutkan dengan membagi taktik yang digunakannya untuk mengatasi hal tersebut.

Keseruan Angel bersama teman-temannya di laboratorium

“Aku bisa akalin dengan cara skala prioritas. Aku berusaha untuk coba kerjain tugas-tugas kuliah aku lebih dulu,” jelas Angel. “Misalnya, untuk tugas hari Senin, kalau bisa aku selesaikan hari itu, ya aku selesaikan hari itu. Supaya kalau ada tugas dari panitia atau harus ada meeting mendadak, aku bisa join.”

Mempertimbangkan bagaimana Angel berhasil mencapai IP 4 di tengah segala kesibukannya berkreasi, sepertinya cara ini berhasil.

Aim for the Stars, Shoot for the Moon  

Saat ini Angel tengah terlibat dalam proyek packaging sebagai salah satu tugasnya. Namun terkait karir masa depan, Angel nampak tertarik pada karya yang bisa dibuatnya dengan teknologi modern. “Aku pengen bisa digital sih, kaya UI/UX design, atau VR, yang digital immersive gitu. Aku penasaran banget, cuma belum ada kesempatan untuk belajar lebih dalam terkait hal itu.”

Tak hanya itu, Angel juga terpikir untuk mendesain barang-barang elektronik, terlepas minimnya pemahaman tentang cara kerja elektronik. “Aku kan nggak ada background untuk sirkuit elektronik, mungkin akan mau collab juga sih kalau misalnya ada kesempatan.”

Namanya kreativitas, bahkan langit pun tak bisa jadi batas.

Add comment

Translate »