Cerita Prasmul
Widya, Mahasiswa MM New Venture Innovation Menggagas MediLink
Widya: Raih Titel Juara lewat MediLink, Marketplace B2B Khusus Farmasi

Widya: Raih Titel Juara lewat MediLink, Marketplace B2B Khusus Farmasi

Ingatkah Anda dengan fenomena obat dan vaksin palsu yang beredar tahun 2016? Meski telah lama berlalu, isu sosial yang memprihatikan tersebut akhirnya menjadi sumber ide inovatif dari Siti Mahrimah Widyasari, Mahasiswa MM New Ventures Innovation sekaligus Founder MediLink. Lewat tekad mewujudkan distribusi obat orisinil yang merata ke seluruh Indonesia, wanita yang akrab disapa Widya ini memperoleh Juara 1 dalam Kompetisi Startup Weekend Indonesia. Ikuti kilas balik kemenanganya!

Workshop Berujung Kompetisi

Sejarah memelopori MediLink rupanya tak luput dari pilihan Widya mengampu studi magister di MM Prasetiya Mulya. Sejak lama, lulusan S1 Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia ini mengaku memiliki berbagai ide berbasis farmasi, namun belum diimbangi dengan kemampuan manajemen yang mumpuni. “Saya rasa pengetahuan eksakta saya perlu diakselerasi dengan dasar bisnis yang seimbang,” ujarnya. 

Potret Widya, penggagas MediLink

Bagaimana menjamin akselerasi bisnis kita berjalan dengan baik? Cari sekolah bisnis terbaik di Indonesia!

Meski demikian, jangan disangka tekad ini yang juga menjadi alasan utama Widya menuju ranah kompetisi. Sebab, awal cerita dari Widya sesungguhnya dimulai ketika dirinya yang berniat mengisi libur semester dengan workshop, mengetahui bahwa yang diikuti bukanlah pelatihan biasa, melainkan kompetisi startup tingkat nasional.

“Lumayan kaget waktu sadar itu kompetisi,” imbuhnya. Tak lantas mundur, bermodal jiwa kolaboratif bersama anggota tim dari eksternal Prasetiya Mulya, perjalanan berkompetisi sekaligus menciptakan gagasan solutif Widya dimulai. 

Menemukan Hal Menarik lewat Riset

Awalnya, Widya sebatas tahu bahwa fasilitas kesehatan setingkat rumah sakit masih rentan terhadap obat palsu dan dirinya belum menemukan solusi yang tepat. “Bagaimana ya caranya kita memproteksi fasilitas kesehatan agar ke depannya nggak terjadi lagi?” pikirnya.

Fenomena obat dan vaksin palsu tak terbatas pada apotek, melainkan juga rumah sakit

Fun fact: Terdapat 3 varian obat palsu, antara lain obat expired yang mengalami rekondisi, obat generik yang mengalami re-package, serta obat palsu seutuhnya atau total conterfeit.”

Saat inilah pembelajaran Design Thinking Approach dan Business Research yang diperoleh di kelas, tertuang dalam riset kualitatif. “Kami mewawancarai semua stakeholder supply chain obat, dari hulu ke hilir,” imbuh Widya. 

Banyak untold problems yang bermunculan. “Selama ini, validasi obat rupanya bergantung penuh pada kejelian masing-masing apoteker,” ungkap Widya. “Selain itu, ketika RS di Jakarta dibanjiri tawaran dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), bidan di Tulungagung harus menempuh perjalanan satu jam lamanya demi memperoleh obat,” sambungnya.

Akhirnya, mahasiswi bimbingan Ibu Indria dan Bapak Hendro ini menggagas MediLink, supply sistem bagi obat-obatan orisinil berbasis marketplace, yang menghubungkan PBF utama dengan rumah sakit, bidan, maupun fasilitas kesehatan lain hingga ke daerah pedesaan. “MediLink bertujuan untuk mengeliminasi obat palsu di fasilitas kesehatan, agar risiko kematian akibat rendahnya standar obat menjadi berkurang,” ungkap Widya.

Bimbingan coach sangat membantu. Ibu Indria banyak memberikan rekomendasi seputar riset, dan Pak Hendro sudah seperti partner diskusi dengan berbagai perspektif baru.

Memukau Juri lewat Pitching

MediLink, startup gagasan Widya memperoleh Juara 1 dalam Kompetisi Startup Indonesia
Meski secara online, Widya tetap mengupayakan pitching terbaik yang memukau dewan juri

Ide bisnis sudah di tangan dan kini saatnya unjuk gigi di depan para investor. Di awal, juri sempat terkejut, melihat laba marjinal yang dipatok MediLink sangat rendah. ”Ini  sudah menjadi komitmen kami supaya seluruh fasilitas kesehatan sama-sama memperoleh obat dengan harga terjangkau,” pungkas Widya. “Kami kemudian menutup sesi pitching dengan berbagai fitur hingga teknologi dari luar yang kami adopsi untuk menyempurnakan sistem tracking,” sambungnya. 

Fitur unggulan berbasis riset dan kelengkapan prototipe berhasil membuat tim Widya dipandang layak meraih juara pertama, dan jauh lebih unggul dibanding tim lainnya. “Inilah mengapa persiapan matang, riset, dan design thinking yang serius sangat penting,” ujar Widya.

TurtleSafe, startup gagasan Mahasiswa MM New Ventures Innovation memperoleh Juara 2 dalam Kompetisi Startup Indonesia

Tak hanya MediLink, mahasiswa lainnya, Irene Veliana juga berhasil memperoleh Juara 2 lewat TurtleSafe, inovasi sabun cuci piring yang aman untuk sayur dan buah, berbahan non-polutif dan non-toksik bagi kehidupan laut.” 

Sumber foto: Instagram @turtlesafe.id

Pijakan Selanjutnya MediLink

Kemenangan ini Widya anggap sebagai awal yang baru bagi MediLink. “Saat ini target kami enam bulan ke depan adalah riset tahap II dan mulai melakukan testing kepada calon user,” ungkapnya. 

Adapun tiga aspek utama yang akan dievaluasi, antara lain efektifitas, efisiensi, dan usabilitas. Dari sini, barulah MediLink akan berfokus pada proses scaling up, membangun tim, serta melakukan rekrut calon buyer dan seller. “Target pertama kami nantinya adalah bidan dan dokter praktik, fasilitas kesehatan yang sangat memerlukan akses langsung ke PBF.”

Selamat, MediLink. Prestasi ini tentunya menjadi gebrakan baru dunia startup Indonesia!

Gabriela Junisa Lasse

Add comment

Translate »