Cerita Prasmul
Traditional Marketing atau Digital Marketing, Mana Yang Lebih Penting?

Traditional Marketing atau Digital Marketing, Mana Yang Lebih Penting?

oleh:
Fredy Utama, MM
Manajer Program Studi S1 Branding Prasetiya Mulya

Ada seorang sahabat yang bertanya kepada saya, menurut buku yang ia baca, digital marketing adalah ‘obat sakti’ yang dapat meningkatkan performance perusahaan. Tapi nyatanya, setelah menjalankan SEO (Search Engine Optimization), SEM (Search Engine Marketing), melakukan kampanye di media sosial serta banyak kegiatan digital marketing lainnya, ia merasa tak tak ada dampak yang berarti dari usaha online marketing yang dijalankan.

Ada lagi teman saya yang berkeluh kesah, supaya lebih dekat dengan generasi milenial yang menjadi target konsumennya, Ia mengaku sudah mengubah dan menyesuaikan budget marketing yang sebelumnya 100% di traditional channel, menjadi 40% di traditional channel dan 60% di digital channel, Tapi kenapa setelah 1 tahun, penjualannya terjun bebas dan mengalami penurunan hingga 30%?

Jadi buat apa digital marketing, kalau ternyata tidak memberikan kontribusi bagi perusahaan?

Menurut Chartered Institute of Marketing United Kingdom, marketing adalah manajemen proses dalam mengidentifikasi, mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan dari konsumennya, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi positif bagi perusahaan.

Dalam kegiatan  marketing, konsumenlah yang menjadi pusat perhatian. Sebelum teman-teman memilih channel marketing, ternyata menentukan konsumen adalah langkah penting dan utama yang harus teman-teman tentukan. Minat konsumen bergerak dengan sangat cepat bahkan cenderung lebih cepat berubahnya dibandingkan perubahan teknologi menurut Moore’s Law.

Dok: azquotes.com

Sebagai brand strategist sebuah bisnis, kaliah harus mampu menjawab pertanyaan seperti: siapa sih konsumen brand kalian? Apa yang mereka lakukan ketika mereka membeli sebuah produk? Siapa yang mempengaruhi keputusan pembeliannya? dan banyak pertanyaan lain seputar konsumen yang harus kalian mengerti.

Setelah mengenali konsumen, baru kita akan memutuskan strategi dan taktik pemasaran seperti apa yang dapat dilakukan. Pasti teman-teman sudah familiar kan dengan prinsip STP (Segmentation, Targeting & Positioning), marketing mix (product,price,place,promotion) hingga promotion mix yang terdiri dari advertisingpublic relation, hingga personal selling.

“Teman-teman bisa memilih saluran atau channel kegiatan promosi baik secara konvensional (offline) marketing maupun online marketing. Lalu, channel mana kah yang sebenarnya paling efektif?”

Menurut Chaffey & Ellis-Chadwick, digital marketing merupakan aplikasi dari teknologi digital, internet, bersama dengan traditional marketing dalam rangka mencapai tujuan marketingDigital marketing akan ‘bekerja sama’ dengan traditional marketing dalam menjawab tantangan perubahan konsumen yang cepat. Mengapa harus ‘bekerja sama’? dan bentuk ‘kerja sama’ yang terjalin seperti apa?.

Kerja sama bisa dilakukan dalam banyak hal, salah satunya dalam bidang riset. Ketika tim marketing ingin mengetahui media cetak apa yang paling potensial bagi konsumennya, mereka bisa melakukan survey konsumen secara online melalui google form. Adapun hasil survey tersebut dapat digunakan marketers atau brand strategist untuk menentukan media placement (penempatan iklan) di media cetak yang paling tepat.

 

Brandialogue merupakan salah satu kegiatan aktivasi (offline marketing) dari S1 Branding Prasmul

Digital marketing juga dapat membantu konsumen khususnya generasi melenial untuk mendapatkan informasi, tanggapan dan jawaban yang lebih cepat melalui bantuan livechat di website korporasi atau melalui jalur media sosial seperti Twitter, Facebook Instagram, atau bahkan chatbot (Artificial Conversational Entity. Selain untuk memberikan informasi, beberapa sosial media bahkan dapat menjembatani interaksi dua arah antara konsumen dan brand.

Blog merupakan salah satu media online yang digunakan S1 Branding Prasmul

Perkembangan teknologi yang pesat juga memberikan tantangan baru bagi para marketer. Teknologi seperti Augmented Reality, Virtual Realty, Mixed Reality, atau bahkan Bluetooh Beacon yang telah diaplikasikan di beberapa destinasi dan produk di Indonesia, telah menciptakan sebuah pengalaman baru bagi konsumen saat melakukan konsumsi.

Tantangan terbesar bagi para marketer bukan hanya bagaimana  mengantisipasi perkembangan teknologi digital dan memanfaatkannya dalam menciptakan produk layanan, bukan hanya meningkatkan sales melalui digital engagement bagi produknya, bukan mengetahui bagaimana konsumennya memanfaatkan search engine dan media sosial dalam mencari informasi ataupun berinteraksi.

“Tantangan yang terpenting adalah bagaimana marketer dapat mengenali dengan baik konsumennya. Karena dengan mengenali konsumen, marketer dapat merancang kombinasi yang tepat antara traditional dan digital marketing.”

Seperti headline yang pernah saya baca di MIT Sloan Management Review, ‘Strategy, not Technology, Drives Digital Transformation’. Jadi, Bagaimana menurut Anda? Apakah digital marketing diperlukan untuk mendukung business strategy Anda? Atau Anda masih tetap dengan cara lama melakukan aktivitas pemasaran? Anda sendiri yang dapat menentukan perlu atau tidak, terlebih di tahun dimana persaingan produk akan semakin sengit.

Editor: *vio

Ilustrasi: *aks

 

Add comment

Translate »