Cerita Prasmul
Sumbangsih Prasmulyan untuk Meringankan Beban Pandemi di Papua

Sumbangsih Prasmulyan untuk Meringankan Beban Pandemi di Papua

Kita tidak bisa menutup mata bahwa virus COVID-19 telah menginfiltrasi sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Provinsi Papua. Dengan lebih dari 1,100 kasus positif yang tercatat (per 10 Juni 2020), kondisi ini khususnya berat karena terbatasnya jumlah tenaga dan perlengkapan medis, serta minimnya perbincangan tentang beban pandemi di Papua. Oleh karena itu, untuk menyuarakan keresahan masyarakat, Prasmulyan S1 Event menggelar sebuah ajang bertajuk Stratum. 

Diadakan pada hari Selasa (2/6) lalu, Stratum merupakan sebuah live comedy show sekaligus wadah donasi yang berlangsung di Instagram @sstratumm. Membicarakan pengalamannya dalam menyelenggarakan penggalangan dana online, Laurensius Farel selaku Project Manager Stratum berbincang pada Ceritaprasmul!

Terinspirasi dari Koteka

Stratum diadakan secara live di Instagram.

“Pembuatan acara ini adalah bagian dari tugas mata kuliah Special Event,” tutur Farel. Dimulai pada bulan Agustus, setiap mahasiswa wajib menyiapkan ide terkait folklor yang ada di Indonesia. Kemudian, tujuh mahasiswa dipilih untuk memimpin sebuah kelompok dan menyelenggarakan ajang sesuai fokus kebudayaan mereka. Ditunjuk sebagai leader, Farel menyumbangkan gagasan yang terinspirasi dari koteka, pakaian budaya Papua yang digunakan untuk menutup bagian privat pria.

“Waktu melakukan research, aku menemukan bahwa koteka bukan cuma pakaian budaya aja, tapi juga alat untuk melambangkan identitas dan kekuasaan,” Farel menjelaskan. “Lalu aku menemukan kata ‘strata’, yang berkaitan dengan fase-fase dalam dinamika kehidupan. Dari situ, aku ambil kata ‘stratum’ sebagai nama acara.”

Event ini juga diselingi dengan penampilan musik dari Adinda Shalahita Likumahuwa.

Rencana awal Farel adalah mengadakan sebuah immersive theater untuk mengenalkan budaya Papua dengan media eduteinment. Namun hal tersebut berubah sejak wabah COVID-19 melanda dunia dan dilarangnya kegiatan perkumpulan berskala besar. Setelah brainstorm ulang, kelompok Farel memutuskan untuk melangsungkan penggalangan dana via live comedy show. Alasannya simpel, yakni berdasarkan riset yang mereka lakukan, tertawa merupakan salah satu cara menambah imunitas tubuh. 

“Aku udah dapat inspirasi ide dari Papua. Kenapa aku nggak memberikan kembali pada mereka?”

Laurensius Farel

Sebagai pengisi acara, Stratum mengundang sejumlah stand-up comedian lokal, antara lain Reinold Lawalata, Wawan Cikuk, Coki Anwar, Yudha Brajamusti, dan Dicky Difie. Namun sebelum main event, Stratum sudah membuka jendela donasi melalui Kitabisa.com dan menjalankan serangkaian campaign.

“Pertama, kami ajak beberapa celebgram untuk menyebarluaskan awareness tentang isu ini,” kata Farel. “Di campaign kedua, kami arahkan ke profesi, terutama yang tidak bisa work from home, seperti polisi, pekerja informal, dokter, dan perawat. Kami ingin menyampaikan bahwa di situ ada strata kepentingan. Namun kita harus selalu support satu sama lain.”

Beberapa celebgram yang berpartisipasi dalam kampanye Stratum adalah Franzeska Edelyn, Rico Lubis, Marcella Zalianty, Satria Vijie, dan masih banyak lagi.
Kampanye kedua Stratum melibatkan para pekerja, terutama frontliner dan pekerja informal.

Dalam mengumpulkan dana, Stratum juga menggandeng beberapa organisasi yakni Wadah Bersama, We Go Help, dan Helping Hands. Sukses menarik perhatian ratusan donatur dan mengumpulkan lebih dari 60 juta Rupiah, seluruh dana langsung disalurkan untuk mendistribusikan peralatan dan perlengkapan medis ke RSUD dan puskesmas di Papua.

Membangun Kepekaan Terhadap Budaya

Di Stratum, Farel pertama kalinya mencicipi jabatan Project Manager. Memimpin kelompok beranggotakan enam orang, ia harus menjadi penengah dan memastikan bahwa semua memiliki suara yang sama. Tapi bukan hanya leadership dan management skills, perancangan ajang Stratum juga membangun kepekaan kelompok.

Panitia Stratum (Ki-Ka): Farel, Vincent Kusumo, Ganda Samudra, Bella Mulyono, Melynda Permata, dan Grace Laura.

“Dari panitia, tidak ada yang merupakan orang Papua,” ungkap Farel. “Jadi, kami harus berhati-hati karena ini bukan budaya yang kami kenal.”

Bapak Dance juga merupakan Ketua Komisariat Wilayah Forum Sekretaris Daerah Se-Indonesia (FORESDANSI) Provinsi Papua Barat.

Dalam kegiatan penelitian, Farel dan kelompoknya menerima banyak bantuan dari Faculty Member Prasetiya Mulya, yang memberikan koneksi ke warga Papua sehingga mereka dapat mengumpulkan insight. Sebelum masa PSBB pun, mereka sempat melakukan kunjungan ke Taman Mini Indonesia Indah dan meminta pendapat pemandu tentang batasan-batasan yang aman atau menyinggung. Pada akhirnya, rancangan event Stratum menerima feedback positif dari masyarakat, bahkan didukung oleh Bapak Dance Y. Flassy, Sekretaris Daerah Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat. 

“Mata kuliah Special Event ini membuka mataku tentang banyaknya folklor di Indonesia,” Farel mengatakan. “Kami dikasih kesempatan untuk mengulik, menuangkan ke dalam karya, dan menstimulasi diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa inspirasi untuk event tidak akan pernah habis dan kami bisa gunakan platform tersebut untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat.”

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »