Cerita Prasmul
Masalah Kok Dicari-cari? Ternyata Ini Alasannya dalam Innofair 2020

Masalah Kok Dicari-cari? Ternyata Ini Alasannya dalam Innofair 2020

Siapa pun tidak ingin berhadapan dengan masalah, apalagi sampai mencari-cari masalah. Namun, bagi seorang inovator, ia harus peka dengan berbagai isu. Dalam konteks dunia bisnis, seorang inovator harus lihai mengidentifikasi persoalan di luar sana walaupun dari dalam segala hal terasa baik-baik saja. 

Hal tersebut disampaikan oleh Senior Vice President Digital Transformation PT Pegadaian, Bapak Bhimo Wikan Hantoro, dalam webinar Innofair 2020: Create Beyond Imagination, yang diadakan oleh School of Applied STEM Universitas Prasetiya Mulya pada Jumat (11/9) lalu. 

Innofair merupakan ajang tahunan yang memamerkan inovasi mahasiswa School of Applied STEM Prasetiya Mulya.

Menurutnya, mindset seorang inovator tidak boleh stagnan dan terbuai dengan zona nyaman. Mereka harus memiliki agile mindset yang dinamis dan tanggap menghadapi segala perubahan. 

Jangan Tunggu Terpepet

Sebagai the leading company di sektornya, PT Pegadaian sebenarnya sudah menguasai 80% pasar di Indonesia. Akan tetapi, perusahaan BUMN tersebut tidak berpuas diri dengan angka market share yang besar itu. Menurut Pak Bhimo, perusahaan ini selalu berupaya memunculkan inovasi supaya tetap relevan dengan kemajuan zaman.

“Dari sudut pandang company, sebenarnya amat sangat sehat. Akan tetapi, kita juga melihat bahwa berubah itu tidak boleh dilakukan kalau kita sudah terpepet. Ketika kita memang punya privilege untuk berinovasi, let’s do it now!” sebut Pak Bhimo. 

Seorang yang memiliki privilage untuk berinovasi tidak boleh menunda waktu.

Itu sebabnya, tim yang dipimpin Pak Bhimo bertindak cekatan untuk “mencari masalah” dan merumuskan solusi yang mampu mengatasi permasalahan tersebut. Seperti saat ini, yang paling terlihat di depan mata adalah transisi konsumen dari generasi baby boomers dan gen x ke generasi millenial dan gen z. Selain itu, daya saing kompetitor yang semakin adaptif juga memicu Pegadaian untuk meluncurkan inovasi yang progresif. 

Berkolaborasi Sangat Dibutuhkan

Inovasi dalam bisnis akan mengarahkan setiap perusahaan pada sebuah transformasi. Menurut Pak Bhimo, transformasi tidak hanya terwujud melalui pengembangan produk baru dan pemanfaatan teknologi digital, tetapi juga dengan semangat kolaborasi. Apalagi sejak bermunculnya berbagai perusahaan unicorn di Indonesia, peluang ini harus dimanfaatkan dengan maksimal.

Kita harus mengambil peluang untuk berkolaborasi.

Instead of competing with each other, mengapa kita tidak ber-partner? Kita bisa menciptakan satu partnership model yang bagus,” jelas Pak Bhimo. Tidak heran, kini layanan Pegadaian sudah dapat diakses melalui berbagai marketplace seperti Tokopedia, Gojek, dan Blibli. 

Selain kolaborasi dengan pihak eksternal, kolaborasi dari internal perusahaan juga harus dibangun dengan baik. Semua divisi harus memiliki komitmen yang sama untuk bertransformasi. Yang tidak kalah penting, setiap perusahaan harus mendengarkan suara konsumen. Sebab, buat apa inovasi diluncurkan jika tidak diinginkan oleh mereka? 

Tahun Pertama Online Exhibition 

Innofair 2020 tidak hanya menyelenggarakan webinar. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Innofair kali ini juga hadir dengan pameran prototipe inovasi mahasiswa. Namun, yang berbeda, tahun ini merupakan tahun pertama pelaksanaan pameran secara virtual. 

Terdapat 24 kelompok dengan berbagai inovasi, yang terdiri atas empat kategori, yakni technology system, food and beverage, innovative product, serta app and website. Tentunya, mereka semua sudah melalui proses “mencari masalah”, menganalisis, serta berani tampil untuk menawarkan solusinya.

Mahasiswa School of Applied STEM Prasetiya Mulya mempresentasikan inovasi mereka.
Walaupun tidak bisa menghadirkan prototipe fisik, mahasiswa tetap bisa showcase karya mereka di Innofair 2020.

Melalui video conference, mereka mempresentasikan inovasinya masing-masing kepada dewan juri. Khalayak dapat menyaksikan pemaparan ide tersebut di YouTube serta dapat berpartisipasi memberikan penilaian melalui Instagram. 

Sebagai ajang apresiasi atas inovasi dan kreativitas peserta, Innofair 2020 memilih kelompok terbaik berdasarkan 3 nominasi. The Most Innovative Idea diraih oleh kelompok “Biposis” dengan inovasi berupa sistem pengolahan sampah rumah tangga yang memanfaatkan biogas dari tinja. Sementara itu, The Most Impactful Idea jatuh kepada kelompok “Biodiesel” yang merancang bahan bakar pengganti solar dari proses pengolahan kembali minyak jelantah. 

Nominasi terakhir, yakni The Most Favorite Idea, yang penilaiannya ditentukan oleh khalayak di Instagram, diraih oleh kelompok “Carlarm”. Mereka menghadirkan alarm berbentuk mobil mainan yang hanya dapat dimatikan jika pengguna bangun dan berhasil menangkap mobil tersebut. 

Carlarm memenangkan Most Favorite Idea.

Menurut Program Director of Design, Engineering, and Technology Universitas Prasetiya Mulya, Ibu Lina Jaya Diguna, Ph.D, ajang ekshibisi ini merupakan perwujudan dari collaborative learning yang menjadi spirit Universitas Prasetiya Mulya. 

“Innofair ini merupakan hasil dari pembelajaran mahasiswa. Harapannya Innofair menjadi learning catalytics bagi mahasiswa untuk semakin mengasah kreativitas dan inovasi sehingga dapat menghasilkan bisnis-bisnis baru berbasis STEM,” sebut Ibu Lina. 

Pada tahun-tahun sebelumnya, Innofair selalu menghadirkan pameran inovasi dan seminar secara fisik di lingkungan kampus Universitas Prasetiya Mulya. Tahun ini, di luar ekspektasi, Innofair 2020 terpaksa diadakan secara virtual akibat pandemi. Akan tetapi, kondisi ini tidak mengurangi antusiasme para inovator muda untuk meluncurkan ide-ide yang berdampak bagi lingkungan dan masyarakat.

Add comment

Translate »