Cerita Prasmul
Internet, the Growth Multiplier (The Future of Digital Economy: Prospects or Threats)

Internet, the Growth Multiplier (The Future of Digital Economy: Prospects or Threats)

Oleh Stefani Karnadi

Juara III Blog Competition Ceritaprasmul.com untuk kategori Mahasiswa

Siapa yang tidak pernah menggunakan internet? Saya yakin hamper semua orang di muka bumi ini pernah memanfaatkan internet, termasuk anda (paling tidak untuk membuka artikel ini).Internet digunakan mulai dari berbelanja online, mencari bahan kuis atau ujian, membaca berita, memesan makanan,melihat resep masakan,cek jadwal pesawat, bahkan untuk mencari pasangan! Tanpa kita sadari, internet sudah menjadi bagian dari hidup kita.

Perlu diketahui bahwa penggunaan internet ini berkembang tidak hanya di satu atau dua negara, melainkan seluruh dunia. Berdasarkan data dari Internet Growth Statistics, pengguna internet pada September 2016 sudah mencapai 50,1% dari total populasi di dunia atau sekitar 3675 juta orang. Sangat mengejutkan, jumlah ini meningkat hampir 100% dari tahun 2010 yang hanya 1966 juta pengguna. Sesuai dengan judul artikel ini, the growth multiplier.Internet berkembang dengan sangat pesat.

Bila kita perhatikan, sekarang ini semua sudah serba digital.Hampir semua aktivitas bias dilakukan dengan menggunakan internet, termasuk untuk mencari nafkah.Banyak bisnis-bisnis startup yang bisa sangat sukses dengan memanfaatkan teknologi digital, bahkan revenuenya sudah hamper mengalahkan perusahaan besar yang sudah berpuluh — puluh tahun beroperasi. Maka dari itu, sekarang perusahaan-perusahaan besar jugaikut memanfaatkan digital power untuk aktivitas bisnis mereka agar tetap dapat bersaing di pasar. Contoh nyatanya adalah perusahaan Uber, yang mendapat julukan transportation virus.Uber sudah mengalahkan taxi Bluebird yang sudah sekian tahun beroperasi. Perusahaan Bluebird menanggapi hal tersebut denganmembuat aplikasi yang serupa denganUber.

Dilihat dari contoh di atas, bisa dilihat seberapa besar peluang berbisnis dengan memanfaatkan perkembangan teknologi digital. Namun, pernahkah anda berpikir, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Seiring dengan perkembangan perekonomian dunia, orang-orang dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dan lebih cepat, dan internet hadir dengan memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Ketika sudah ada cara yang lebih efektif dan efisien, maka tentu orang-orang akan shifting kesana, seperti yang terjadi pada Uber dan Bluebird.

Kemudian, pertanyaan berikutnya adalah apakah digital economy itu berprospek? Jawabannya it’s an absolutely yes. Ada 2 alasan besar. Pertama, kunci dari segala ilmu ekonomi yang kita pelajari adalah supply dan demand.Bila demand bertambah, tentu hal tersebut menandakan suatu hal yang positif, samahalnya dengan pengguna internet selalu bertambah. Tentu saja penambahan demand harus diiringi dengan penambahan supply. Uniknya, supplydari internet tidak perlu repot-repot ditambah karena memang bisa menampung sangat banyak!

Kedua, tingkat ketergantungan masyarakat terhadap internet sudah tidak dapat dilepaskan. Kita tidak akan melepaskan sesuatu jika tidak ada sesuatu yang lebih baik bukan? Kita tidak akan repot-repot kembali mengirim surat ketika kita bisa mengirimkan via email. Istilah katanya, digital economytidak akan pernah mengalami kemunduran. Ditambah lagi, negara Indonesia diprediksi menjadi ASEAN’s largest digital economy. 

Namun, meskipun meskipun terlihat sangat berprospek dan menggiurkan, banyak juga tantangan yang muncul dalam digital economy.Tantangan pertama adalah windows of opportunity. Kembali pada kasus Uber dan Bluebird, apakah Bluebird sukses setelah mengembangkan aplikasi yang serupa dengan uber?Jawabanya, tidak. Meskipun Blue bird memberikan fasilitas yang sama dengan Uber, bahkan dengan promosi yang tak kalah menarik, konsumen masih tidak mau beralih dariUber. Hal inidisebabkan karena Bluebird masuk pada saat yang sudah terlambat.

Tantangan kedua adalah persaingan yang semakin ketat.Semakin berkembangnya teknologi digital, semakin kreatif pula orang-orang dalam memanfaatkan teknologi tersebut. Untuk dapat bersaing dengan competitor yang ada, dibutuhkan inovasi yang terus menerus dan kreatif.Karena inovasi adalah kunci untuk memenangkan persaingan.

Kemudian, tantangan ketiga adalah perkembangan digital economy dapat menjadi disruptivebagiperusahaan-perusahaan besar. Bila perusahaan sudah terlalu nyaman dengan sistemnya yang sekarang, ia tidak dapat cope in dengan digital economy. Ia akan kalah dengan perusahaan startup yang terus berinovasi

Kesimpulannya, digital economy terus berkembang dan tidak bisa dihentikan. Bila ingin dapat survivedalam digital economy,kuncinya adalah terus berinovasi.

Innovation distinguish between a leader and a follower — Steve Jobs

 

Referensi:

http://www.ina.or.id/services/news/1675-indonesia-seeks-to-be-aseans-largest-digital-economy

http://www.internetworldstats.com/emarketing.htm

 

 

Add comment

Translate »