Cerita Prasmul
| Diary | Indonesia Culture and Nationalism 2015

| Diary | Indonesia Culture and Nationalism 2015

Mengusung proyek sosial  dan membawa nama daerahnya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi tiga puluh empat delegasi dari seluruh penjuru tanah air yang berkumpul di ajang Indonesia Culture and Nationalism (ICN) 2015. Tentunya, waktu yang mereka habiskan selama tiga hari di BSD dan Jakarta tidaklah sia-sia. Berbagai kegiatan seperti kunjungan, coaching, hingga konferensi menjadi kenangan yang berkesan selama mengikuti acara yang diadakan oleh Student Board S1 Prasetiya Mulya ini.

Gimana serunya cerita para delegasi ICN 2015 ?

Simak ceritanya berikut : 

Kamis, 28 Mei 2015

Hari pertama dalam rangkaian acara ICN Conference 2015. Pada pukul 09.00 WIB, panitia dan LO tiba di bandara untuk menjemput 34 delegasi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Kemudian para delegasi dan panitia bergegas menuju bus agar segera sampai ke destinasi pertama,yaitu Monas.

j

Tiba di Monas pada pukul 14.00 WIB, para delegasi dan panitia masuk ke dalam Monas untuk melihat keadaan di dalam museum dan pergi ke rooftop. Mereka juga melakukan foto bersama di depan Monas.

Para delegasi dan panitia pergi menuju destinasi selanjutnya, yaitu Galeri Nasional Indonesia. Setelah sampai, para delegasi dan panitia melakukan sholat terlebih dahulu kemudian melanjutkan kegiatan dengan berkunjung ke dalam Galeri Nasional Indonesia. Di sana, mereka berkeliling galeri dan melakukan foto bersama.

k

Perjalanan dilanjutkan ke Kampus Prasetiya Mulya School of Business and Economics, BSD. Sesampainya di kampus, para delegasi melakukan sholat maghrib dan makan malam. Kegiatan dilanjutkan dengan coaching dari On That Point Institute oleh Bryan Gunawan.

i

Dalam kegiatan tersebut, para delegasi diajarkan mengenai bagaimana cara membuat presentasi dan mempresentasikan proyek sosial mereka dengan baik. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan presentasi oleh 5 delegasi peraih proyek sosial terbaik ICN 2014.

Setelah melalui berbagai kegiatan yang padat, berakhir pula ICN Conference hari pertama. Para delegasi diantarkan untuk beristirahat di Ibis Hotel, Gading Serpong.

h

Berakhirlah kegiatan ICN Conference pada hari pertama, ICN Conference akan dilanjutkan dengan penjurian proyek sosial para delegasi dan diskus kebangsaan pada hari kedua.

 

Jumat, 29 Mei 2015

Pembukaan ICN Conference, yang dipandu oleh Stephanie Regina dan Enrico berlangsung dengan meriah. Para delegasi mengikuti acara pembukaan yang diawali dengan menyaksikan video, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan mendengarkan kata sambutan dari Endy Taufiq selaku ketua ICN 2015, lalu dilanjutkan oleh sambutan ketua Student Board S1 Prasetiya Mulya, Adryan Virgandhie, dan sambutan oleh Bapak Dr. Rudy Handoko selaku Ketua Program S1 Prasetiya Mulya.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan penyematan pin kepada dua orang perwakilan delegasi ICN Conference dan pemukulan gong untuk meresmikan pembukaan ICN Conference. Kemudian, ke-34 delegasi ICN Conference diarahkan menuju panggung untuk melakukan sesi foto bersama.

Pukul 08.30, para delegasi diantar menuju lantai 8 Prasetiya Mulya Business School Building untuk melakukan presentasi. Penjurian sesi pertama yang berupa presentasi pun mulai dilakukan pada pukul 09.30, para delegasi ICN Conference memasuki ruangan sesuai dengan bidang proyek sosial yang mereka buat. Sekitar pukul 11.30, para delegasi melakukan ISHOMA hingga pukul 13.30. Sesi kedua pun terus berlanjut dengan mempresentasikan proyek-proyek sosial mereka secara bergilir. Seusai melakukan presentasi, mereka mendapat feedback dari para dewan juri.

Lalu, pukul 16.15 para delegasi mendengarkan presentasi dari panitia ICN 2015 mengenai BuzCamp, yaitu tentang beasiswa S2 Prasetiya Mulya. Seminar singkat juga dibawakan oleh Ibu Dien Tirto Buwono dari kapanlagi.com yang membahas mengenai bagaimana cara mempromosikan suatu proyek via digital marketing agar lebih efisien dan efektif. Seminar dilanjutkan oleh Andri Rizky Putra yang merupakan pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) yang membahas mengenai bagaimana memulai suatu proyek sosial dan cara mengatasi masalah yang akan dihadapi saat menjalani proyek tersebut.

l

Setelah itu, para delegasi beristirahat sembari menunggu acara selanjutnya, Diskusi Kebangsaan, yaitu acara dimana para delegasi akan menyampaikan pendapat mereka terhadap beberapa mosi yang dibahas. Setelah kegiatan selesai, para delegasi kembali ke Ibis Hotel, Gading Serpong.

Para delegasi mendapatkan pengetahuan dan pembelajaran yang berharga pada hari kedua. Semoga mosi-mosi yang telah mereka bahas dapat menginspirasi mereka untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik kedepannya. Sampai jumpa di ICN Festival 2015 besok!

Food Exhibition dan ICN Festival 2015

Dengan segala masalah mengenai perubahan dan kreativitas, founder dan pemilik Industri Makerspace, Bapak Leonard Theosabrata menyarankan agar anak-anak Indonesia menciptakan design thinking. Melalui cara ini, anak-anak Indonesia akan lebih bisa menyalurkan ide-ide kreatif yang bertujuan untuk mendorong perubahan. Caranya adalah dengan berpikir kritis, melakukan banyak observasi, dan melakukan action secara sistematis. Begitulah kira-Kira pesan Beliau kepada anak muda Indonesia untuk berubah menjadi lebih kreatif.

Setelah selesai 2 sesi seminar, acara dilanjutkan dengan pengumuman 5 delegasi ICN Conference dengan proyek sosial yang terbaik. Proyek sosial terbaik akan mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 10.000.000,00 guna pengembangan proyek sosial tersebut. Kelima proyek sosial tersebut adalah milik, Septian Sugara asal Jawa Barat, Eka Lutfiyatun asal Jawa Tengah, Haerdy Pratama asal Kalimantan Timur, Candri Julius asal Sulawesi Utara dan Aldun Fiqri asal Maluku Utara.

c

Acara ICN Festival pun ditutup dengan penampilan spesial dari salah satu penyanyi RnB di Indonesia,Teza Sumendra. Teza membawakan 8 buah lagu dan berhasil memeriahkan acara dengan mengajak seluruh peserta ICN bernyanyi.

f

Food exhibition yang telah telah berlangsung selama 4 hari di Kampus Prasetiya Mulya BSD, telah menciptakan antusiasme yang sangat besar bagi para Prasmulyan. Berbagai makanan khas nusantara yang sukses menjamu lidah menimbulkan kesan tersendiri bagi para pengunjung.

g

Terima kasih Prasmulyan atas antusiasme dan partisipasinya selama acara ICN 2015 berlangsung. Semoga acara ICN 2015 dapat menginspirasi seluruh Prasmulyan menjadi pribadi yang bukan hanya menginspirasi orang sekitar, namun juga melakukan aksi yang nyata dalam memajukan Indonesia. Sampai jumpa di Indonesian Culture and Nationalism (ICN) 2016!

Sabtu, 30 Mei 2015

Acara ICN Festival, yaitu puncak dan penutup dari serangkaian acara ICN. ICN Festival terdiri dari 2 sesi seminar yang bertema “Perubahan dimulai dari 1 , Anda” dan “Dimanakah Sumber Kreativitas?”. Seminar ini diikuti oleh 329 peserta yang terdiri dari Prasmulyan, eksternal Prasetiya Mulya, 34 delegasi ICN Conference 2015, dan 5 delegasi peraih proyek sosial terbaik ICN 2014. Seminar ini dipandu oleh seorang moderator, yaitu Adri Rachmadha.

a

Acara seminar sesi I yang bertema “Perubahan dimulai dari I ,Anda”, diisi oleh Bapak Andy Flores Noya. Menurut Bapak Andy, perubahan tidak selalu menyangkut hal besar yang rumit. Perubahan dapat dilakukan dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Perubahan pun tak selalu terjadi dalam waktu sekejap namun harus dilakukan terus menerus sampai menjadi kebiasaan yang balk. “Ada 3 kunci untuk berubah, yang pertama adalah lakukan atau action. Kemudian memberi berdasarkan apa yang anda miliki yang tidak selalu uang, mungkin kepintaran, waktu, bakat dan talenta. Dan yang terakhir, nikmati perubahan itu.” ujarnya.

Seminar sesi 2 yang bertema “Dimanakah Sumber Kreativitas?”, diisi oleh Ibu Lani Rahayu, Bapak Barry Likumahuwa, dan Bapak Leonard Theosabrata. Menurut salah satu pembicara, Ibu Lani Rahayu selaku Marketing Communication blibli.com, kreativitas sangat berlaku pada semua aspek kehidupan, salah satunya adalah bagaimana cara mempromosikan sesuatu. Untuk mempromosikan barang, orang marketing harus jeli melihat perubahan-perubahan perilaku konsumen.e

Sedangkan menurut  Barry Likumahuwa yang merupakan young Indonesian bassist, masyarakat Indonesia sangat banyak difasilitasi sehingga banyak yang enggan keluar dari zona nyaman. Hal ini menyebabkan tingkat kreativitas masyarakatnya kadang tidak tersalurkan karena sudah nyaman mengikuti apa yang ada.”Barulah ketika ada ancaman atau tantangan, kita terlambat sadar dan mungkin baru sadar karena selama ini terbuai kenikmatan.” ujar pencetus Barry Likumahuwa Project ini.

 

Add comment

Translate »