Cerita Prasmul
Faraday: Kolaborasi Prasmulyan dalam Sains, Teknologi, dan Bisnis

Faraday: Kolaborasi Prasmulyan dalam Sains, Teknologi, dan Bisnis

Apakah kamu ingat mati lampu massal yang terjadi pada tahun 2019 lalu? Salah satu penyebabnya adalah pembangkit listrik tersentralisasi yang cenderung digunakan di Indonesia. Sebagai solusi, Prasmulyan dari School of Applied STEM dan School of Business and Economics bergabung dalam Faraday Solar Energy Research Group untuk melakukan penelitian mengenai model bisnis DSPS (Decentralized Solar-Based Power Supply). Jadi, apa sebenarnya DSPS?

Pembangkit Listrik yang Lebih Secure

DSPS merupakan gagasan model bisnis oleh Tobias Haposan dan David Setianto dari S1 Renewable Energy, yang dirancang untuk kompetisi CUBE 2020. Walaupun tidak lolos, ide tersebut jadi cikal bakal perintisan Faraday sebagai platform research group Prasmulyan. Tidak lagi berdua, kini Tobias dan David ditemani oleh Bernike Sudiono (S1 Business 2018), Muhammad Alaf (S1 Computer Systems Engineering 2019), dan Hizkia Felix (Mahasiswa Singapore Institute of Management).

Para anggota Faraday yang terdiri dari kolaborasi antar jurusan, angkatan, dan universitas.

“Indonesia cenderung membangun pembangkit listrik besar yang tersentralisasi,” Tobias menjelaskan. “Artinya, power supply masyarakat bergantung pada satu sumber. Dengan model DSPS, pembangkit listrik dapat dibangun kecil, banyak, dan dekat ke pemukiman, sehingga power supply menjadi lebih secure.” 

Nilai kestabilan model DSPS berasal dari kuantitas pembangunan pembangkit listriknya. Berjumlah banyak, apabila ada satu yang drop, maka listrik masih dapat dipanen dari yang lain sehingga menghindari blackout. 

Panel surya yang terdapat di Kampus BSD Prasmul membantu proses penelitian Faraday.

Dibina oleh Prof. Yudi Samyudia, Ph. D. (Dekan School of Applied STEM Universitas Prasetiya Mulya), penelitian ini didanai sepenuhnya oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Prasetiya Mulya. Selain itu, tim Faraday juga diizinkan menggunakan panel surya yang terdapat di Kampus BSD sebagai bahan penelitian dan eksperimentasi. Seluruh progress riset sengaja didokumentasikan di website resmi Faraday sebagai wujud transparansi.

Menghindari Kacamata Kuda

Dalam proses riset, para anggota Faraday menyumbangkan keahlian mereka masing-masing, mulai dari pengembangan teknologi, automation, hingga economic feasibility. Dengan background yang beragam, para anggota Faraday berkesempatan untuk bertukar ilmu dan sudut pandang guna mencapai hasil penelitian yang maksimal.

Kelompok Faraday mengembangkan teknologi, automation, dan menetili economic feasibility dari DSPS.

“Semakin ke depan, dunia jadi semakin spesifik,” ungkap Tobias. “Jurusan perkuliahan pun juga kian spesifik. Tapi hal tersebut juga bisa bikin penglihatan kacamata kuda, kan? Jadi kolaborasi seperti ini memang berguna untuk membuka wawasan lagi. Apalagi di Prasmul, di mana mahasiswa jurusan STEM bukan cuma diarahkan jadi tenaga ahli, tapi juga entrepreneur.

Membuka Pintu Kolaborasi

Setelah penelitian lima fase ini usai, tim Faraday berharap dapat melanjutkan riset bersama industri agar dapat menghasilkan prototipe dan eksperimentasi yang lebih akurat. Jika sistem DSPS diwujudkan, maka power supply masyarakat tidak hanya akan semakin stabil, tapi juga berasal dari sumber energi yang ramah lingkungan. 

Website Faraday membantu permudah mahasiswa Prasmul yang ingin berkolaborasi dalam penelitian.

Sedangkan untuk Faraday, platform ini memberikan akses mudah bagi Prasmulyan yang juga ingin membentuk research group. Meski saat ini DSPS masih merupakan satu-satunya topik riset di Faraday, pintu kolaborasi terbuka lebar untuk mahasiswa, baik yang mau bergabung dalam ongoing research, maupun meneliti topik baru. 

mm

Sky Drupadi

1 comment

Translate »