Cerita Prasmul
Callie Wijaya : Dulu Pemalu, Kini Jadi Frontier MAPALA Prasmul – Prasmulyan of The Month

Callie Wijaya : Dulu Pemalu, Kini Jadi Frontier MAPALA Prasmul – Prasmulyan of The Month

“Remember that every challenge, every adversity, contains within it the seeds of opportunity and growth.” 

Roy T. Bennett

Banyak hal di dunia ini yang diawali dari ketidaksengajaan. Entah inovasi besar dunia seperti Sinar-X dan Post-It, hingga hal kecil yang tak terduga, seperti pengalaman. Inilah yang secara nyata dialami oleh Callie Wijaya, mahasiswi S1 Accounting Prasetiya Mulya yang aktif terjun dalam Student Activity Club (SAC) para Prasmulyan pecinta alam. Semula mengaku minder dan tak mampu bersosialisasi, tahukah kamu bahwa aktif berorganisasi berhasil membuat Callie menjadi frontier Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) Prasmul? Yuk, simak kisahnya!

Callie dan Exelust

Terpapar pada berbagai opsi kegiatan pengembangan diri di Prasmul, Callie perlahan menemukan coping mehcanism.

Percaya atau tidak, wanita yang kerap membagikan momen ekspresifnya dalam kanal Instagram @calliewijaya ini mengaku, bahwa dirinya dulu sangat berbeda dengan yang Ceritaprasmul temui saat ini. Terlebih semasa menjadi maba alias mahasiswa baru, dua kata yang mampu menggambarkan seorang Callie Wijaya adalah canggung dan pendiam. 

“Karena gue dari luar pulau Jawa, Bahasa Indonesia gue waktu itu masih kurang banget. Bahkan gue struggling setiap presentasi di depan kelas,” papar Callie. Bukan saja bahasa, kebiasaan sedari SMA untuk sekadar sekolah-pulang setiap harinya menjadikan wanita berdarah Sumatera ini sempat mengalami culture shock dan minder di masa awal perkuliahan Prasmul.

Beruntungnya, waktu menjalani masa orientasi mahasiswa atau Prasmul Gear Up (PGU), Callie diperkenalkan dengan Executive Wanderlust (Exelust), klub bagi mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya yang tertarik dengan bidang pelestarian lingkungan. “Teman-teman gue nggak ada yang tertarik sama kegiatan di alam, bahkan awalnya orang tua juga nggak setuju untuk masuk Exelust,” papar Callie. 

Namun, merasa perlu mengejar ketertarikannya kala itu, gadis Medan ini berani keluar dari zona nyamannya, mendaftar seorang diri dalam sebuah komunitas yang tergolong sangat baru baginya.

“Kalau nggak join Exelust, gue mungkin sampai sekarang jadi mahasiswa kupu-kupu (re: kuliah-pulang-kuliah-pulang).”

Prestasi Menjaga Alam Lestari

Exelust sendiri merupakan organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) di Universitas Prasetiya Mulya. Sebab itu, aktivitas yang dihadapi para pengelana di dalamnya dihiasi dengan upaya menjaga kelestarian lingkungan, serta berlatih untuk mampu survive di alam bebas. 

Bersama @exelust.prasmul, Callie menaklukkan keraguan dalam mengeksplor hal yang disukai.

Sebagai bagian dari klub yang memiliki tagline ‘Teladan! Sinergi! Berdampak!’ ini, Callie banyak menemukan hobi baru yang berhubungan dengan pelestarian tumbuh-tumbuhan dan satwa. Bahkan di tengah hantaman pandemi, Vice President Exelust ini menjadi salah satu inisiator dari kolaborasi Exelust dengan Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) untuk menolak deforestasi dengan menanam 1000 pohon, hingga membantu cagar margasatwa di Sumatera Utara yang mengalami resesi akibat pandemi pada Hari Pohon Sedunia dan Hari Gajah Sedunia tahun 2020.

“Bulan Juni 2021, gue sendiri jalan-jalan ke sana dan pohonnya udah mulai tumbuh. Kira-kira sih 1 tahun lagi bisa ada buahnya,” ungkap Callie. “Kita sengaja memilih pohon-pohon yang menghasilkan buah, yang bisa jadi makanan satwa yang ada di BNWS juga,” lanjutnya dengan antusias. 

Dari Nekad hingga Bersahabat

“Teladan! Sinergi! Berdampak!” merupakan tagline dari Exelust.

Siapa sangka, bermula dari ‘coba-coba’ menyalurkan hobi travelling, Callie yang semula masih nol pengalaman di bidang ekspedisi akhirnya menyadari, bahwa bergabung di klub mahasiswa Prasmul yang sesuai dengan dirinya telah membawa kepercayaan diri yang sudah lama dicari. 

“Berkat Exelust, di mana gue ditantang untuk berani coba hal-hal yang nggak pernah gue coba sebelumnya, gue jadi lebih pede untuk mengekspresikan diri dan dalam hal decision-making,” ungkap Callie. “Tanpa gue sadari, dulu kalau bahas sesuatu, gue nggak akan ngomong apapun, saking nggak percaya diri sama pendapat dan ide-ide sendiri. Tapi sekarang gue lebih berani untuk speak up.” 

Terbukti, setelah menjadi anggota Exelust sejak semester pertama, Callie mulai berani menjajakan pengalaman ke berbagai organisasi dan kepanitiaan lainnya. Seperti di semester dua, mahasiswi akuntansi tersebut berpartisipasi pada proyek wildlife expedition sebagai organizing committee bagian finansial AIESEC, ikut menyumbang APD bersama komunitas di luar kampus, serta beberapa kali mengambil posisi penting pada kepanitiaan bergengsi di kalangan mahasiswa Prasmul, Pop Up Market.

Para anggota Exelust, yang sudah dianggap Callie sebagai keluarga kedua.

Gue merasa bertemu my second family di Prasmul dan gue banyak belajar dari mereka. Banyak improvement yang juga dirasain sama keluarga, makanya sekarang mereka mendukung gue banget di Exelust.”

Meski perasaan kecewa tentu menyelimuti banyak program kerja yang harus terhenti akibat pembatasan sosial, di sisi lain, Callie berpandangan bahwa pandemi menjadi saat yang tepat untuk MAPALA di Indonesia berinovasi. 
“Tetap semangat berkarya, gue mengerti ini masa yang berat untuk kita semua sebagai pecinta alam. Tapi jangan sampai pandemi menghentikan kita untuk memberikan dampak positif di lingkungan ataupun alam di sekitar.”

Add comment

Translate »