Cerita Prasmul
Bincang Personal Branding Bareng Influencer Prasmul – Prasmulyan Living Guide

Bincang Personal Branding Bareng Influencer Prasmul – Prasmulyan Living Guide

Membangun citra diri atau personal brand itu gampang-gampang-susah. Ada banyak tantangan kecil yang membuatmu bingung. Apa itu personal branding? Untuk apa kamu membuat hal tersebut? Apakah semua orang harus memilikinya? Harus dimulai dari mana? Bagaimana agar personal branding-mu disukai orang-orang? Dan masih banyak lagi.

Di sini, kita akan bertemu dengan empat Prasmulyan yang berkecimpung sebagai content creator dan pastinya sangat akrab dengan konsep personal branding.

CeritaPrasmul: Oke, langsung saja kita ke pertanyaan pertama. Apa sih personal branding menurut kamu?

Erika: Kalau menurut aku, personal branding adalah sebuah gambaran yang dimiliki seseorang terhadap diri sendiri. Misalnya personal branding dari seseorang yang ceria, suka bercanda, dan pintar–itu kegambar banget di persepsi audience kamu. Nah contoh dari aku, misalnya, Erika itu kelihatannya seperti apa sih? Suka melukis, suka bercanda juga, suka liburan, suka travelling, dan suka bisnis. Personal branding adalah sebuah hal yang harus dimiliki oleh seorang content creator atau influencer atau brand, agar bisa nyantol di memori audience.

Delia: Personal brand itu istilahnya sebagai logo atau identitas dari kita sendiri. 

Jacquelyn: Upaya atau kegiatan yang kita buat sendiri supaya orang lain tahu kita ini orang seperti apa. Gampangnya, kamu dilihat atau dikenal orang sebagai apa?

CeritaPrasmul: Seberapa penting personal branding di dalam kehidupan kamu sehari-hari?

Delia: Penting banget menurut aku. Karena personal brand ini semacam reputasi kita. Dengan adanya personal brand yang bagus, bakal mempermudah kita melakukan segala hal. Contohnya peluang karir, pertemanan, bahkan juga pencarian jodoh. Hahaha. 

Jacquelyn: Yes, penting banget. Apalagi kita statusnya udah mahasiswa nih, udah bukan siswa-siswi SMA, jadi mesti buat personal branding juga biar lebih profesional, baik di kerja kelompok atau saat cari pekerjaan.

Devina: Soalnya, personal branding dapat berpengaruh untuk jangka panjang karena bisa membentuk kredibilitas kita, dalam menangani suatu masalah atau mengambil sebuah project yang mungkin dapat dijadikan sebagai penghasilan.

Tahukah kamu? Menurut Forbes, personal branding dapat membuat kamu terkenal secara khusus di bidang yang kamu minati, membawakan kesempatan baru, memberikan kebebasan pilihan kariermu, dan menambah kepercayaan dirimu.

Tapi manfaat apa lagi yang kira-kira personal branding bawa untuk mahasiswi-mahasiswi ini? Ini jawabannya!

CeritaPrasmul: Nah, sebagai influencer, apa saja pengaruh personal branding dalam karier kalian di media sosial?

Delia: Personal branding dalam dunia marketing atau influencer itu kunci utama supaya audience aware dan mengenal kita dan harus punya personal branding yang kuat. Mau dikenal sebagai apa, konten kita itu bidang dan style apa? Dengan coba menetapkan kita itu siapa, pasti bisa lebih spesifik mengetahui target market, dan mengembangkan channel kita. 

Erika: Pas awal dari 2020, awalnya aku nggak pakai personal branding sama sekali. Aku lebih mikirinnya pengen show talenta yang aku punya: melukis. Tapi, pas aku melihat dan observe, banyak banget artist, influencer luar yang diingat karena personality mereka. Contohnya, Emma Chamberlain. Dia tuh menunjukkan banget personality-nya di internet. Dan itu justru bikin orang lebih ingat. Karena aku lihat orang lebih interest ke sesuatu yang relatable–sesuatu yang nggak hanya tentang pencapaian, karya-karyanya, tapi juga ups and downs. Akhirnya aku selalu utamakan personal branding dulu. 

Jacquelyn: Sebenarnya personal branding mau di socmed maupun kehidupan asli sama ya, cuma gimana cara orang liat aku aja gitu. Nah kalo aku sih, di socmed berpengaruh banget. Socmed itu tempat kenalan sama banyak orang. Aku pengen aku dipandang seperti apa sih di socmed itu?

Delia dengan teman-temannya

Devina: Personal Branding kalau di karir aku di sosmed sih berpengaruh untuk daya jualnya (value yang disukai oleh viewer), terus cara aku dikenal sama orang lain. Misalnya, sesimpel dengan aku yang dikenal sering membahas tentang kesehatan mental jadi kalau orang dengar Devina Otaria itu langsung “Oh Devina Otaria yang mental health itu?” dan ini benar-benar terjadi in real life hahaha.

Dan ternyata, manfaat dari membangun citra diri atau personal branding ini tidak hanya menyukseskan Delia, Devina, Erika, dan Jacquelyn di dunia maya saja.

Karena di balik sosok influencer di media sosial, keempat gadis ini masih merupakan mahasiswa dan mereka menjalani kehidupan akademis juga.

CeritaPrasmul: Kalau di kehidupan kampus, seberapa besar pengaruh personal branding bagi kamu?

Jacquelyn saat mengikuti acara Prasmul Olympics

Delia: Dari yang aku rasakan sendiri sih, bakal memperluas koneksi, mau ngapa-ngapain lebih mudah, bisa cari kelompok dan teman-teman yang sefrekuensi. Effortless banget kalau kita punya personal branding yang bagus dari awal. Karena kalau sudah punya personal branding, kita punya daya tarik dalam pertemanan.

Erika: Dipanggil Prasmul untuk jadi representatif ke sekolah-sekolah ataupun untuk lomba, contohnya. Dosen atau mahasiswa lain kenal kamu siapa sih, dan mereka akan melihat potensi kamu–misalnya untuk desain, leadership, public speaking, atau lainnya. Dan tentu saja, cara menunjukkannya juga harus the best version of yourself.

Devina: Lumayan berpengaruh sih. Jadi, dengan personal branding aku (sebagai mental health advocate), orang-orang di lingkungan approach ke aku dan melihat aku sebagai seseorang yang dapat dipercaya. Ada beberapa teman yang approach ke aku memang khususnya untuk berbagi atau meminta pendapat mengenai mental health. Selain itu, aku juga mendapatkan beberapa tawaran kerja secara eksternal oleh teman-teman di kampus.

Keempat Prasmulyan ini adalah bukti nyata kalau personal branding menjadi sebuah aspek penting yang harus mulai diperhatikan oleh orang-orang, bahkan ketika masih kuliah. Personal branding ternyata menghasilkan banyak hal – mulai dari prestasi, reputasi, koneksi, karya, sampai menanamkan pengaruh baik sedikit demi sedikit.

Tapi tentu saja, membangun terkadang lebih mudah dari mempertahankan. Jangan khawatir, sebab kuartet mahasiswi panutan ini juga membagi tips dan taktik mereka dalam menjaga personal branding mereka.

CeritaPrasmul: Ada nggak, tips untuk tetap konsisten dalam maintaining personal branding kamu?

Jacquelyn: Sebenarnya kalau effort, bukan yang gimana-gimana, soalnya seperti yang aku mention tadi: personal branding itu ya berusaha menjadi diri sendiri, the best version of yourself. Sebenarnya kita nggak perlu berpura-pura untuk membentuk PB. Just be yourself, nanti otomatis kita akan konsisten dong, karena itu kita sendiri yang menjalani setiap harinya.

Potret Jacquelyn, Delia, dengan beberapa teman lain di Prasmul saat pergi bersama

Devina: Perlahan tapi pasti, karena untuk membuat sebuah habit tentunya membutuhkan purpose dan waktu yang cukup lama. Butuh kedisiplinan yang tinggi. Lalu terbuka, mau mendengarkan pendapat orang lain, menerima kritik, dan menerima perubahan mengikuti perkembangan trend juga. Aku sering refleksi, mendengarkan feedback orang lain. Tapi ingat, kita juga harus bisa bedakan mana yang tujuannya membangun atau menjatuhkan.

Erika: Interaksi sama audience dan keep on updates. Kalau misalnya untuk pribadi, be yourself, soalnya kalau berbeda di tiap pertemanan, itu bakal ngebingungin orang. Aku selalu nunjukin persona yang sama ke siapapun itu. Dan aku selalu tunjukin, kalau aku sakit, sedih, atau dalam kondisi yang buruk, aku kasih tunjuk. Karena it’s not real kalau kita tunjukin yang senang-senang aja di media sosial. Aku prefer nunjukkin yang manusiawi.

CeritaPrasmul: Oke, terakhir, mungkin ada saran buat teman-teman yang baru mau bikin personal branding mereka?

Jacquelyn: Teman-teman jangan malu buat kenalan sama dan memperkenalkan diri ke orang! Yang namanya personal branding itu kan gimana cara kamu memperkenalkan diri ke masyarakat.

Delia: Please be yourself. Kenalkan diri kamu dan keunikan diri kamu. Karena dengan kita menguasai konsep diri, kita bakal lebih confidence dan orang-orang pasti bakal aware sendiri akan personal branding-mu.

Erika: Invest in yourself. Cari info dan ilmu sebanyak-banyaknya, apalagi di zaman sekarang kamu bisa surf the internet kapanpun. Atau kamu mungkin bisa tanya ke orang-orang sekitar. Lalu, observe. Amati role model kamu, bagaimana mereka membangun personal branding. Pelajari cara mereka menyampaikan personal branding mereka. Setelah itu, kamu bisa realisasikan personal branding kamu ke depannya.

Add comment

Translate »