Cerita Prasmul
Teru Egawa & Loyalitasnya Besarkan Copycino

Teru Egawa & Loyalitasnya Besarkan Copycino

Raden Theodorus Ega Wang, atau lebih dikenal sebagai Teru Egawa dikenal sebagai mahasiswa S1 Prasetiya Mulya angkatan 2012 yang sangat gigih dalam menjalankan usahanya. Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Sugiantoro Wang dan Raden Ajeng Sandrawati Kusumadjaja, telah memiliki cita-cita menjadi pengusaha bahkan sejak ia kecil.Teru-Egawa-Street

 

Ketika TK masih menekankan pentingnya pemahaman dasar seperti baca, tulis, dan hitung, seorang Teru Egawa sudah tertarik untuk berbisnis. Saat ia berumur tiga tahun, ia sudah mulai berjualan permen. Hal yang mendorong Teru untuk berjualan pada awalnya bukan ingin meraup untung sebanyak-banyaknya, melainkan karena ibunya yang melarang dirinya untuk makan permen.  Suatu hari, secara diam-diam Teru bergegas ke kantin sekolah untuk membeli sebungkus besar permen, lalu mulai menjualnya kepada teman-temannya. Ia sampai harus berhutang untuk membeli permen tersebut.

Kisah bisnis Teru berlanjut di zaman Sekolah Dasar. Ia mulai menjadi reseller berbagai jenis barang. Disamping itu, ia ingin membuat sebuah website namun ia tidak mengerti cara membuatnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membayar seorang programmer untuk membuatkan sebuah website.

Jadilah sebuah website bernama tepoknyamuk.com, sebuah website jual-beli dengan sistem lelang. Awalnya, ia tidak berniat untuk berjualan di website tersebut. Namun, setelah melihat peluang yang terbuka lebar, ia memanfaatkan website tersebut untuk berbisnis.

“Waktu itu saya benar-benar ke Mangga Dua, belanja beberapa barang, dan akhirnya saya jadi reseller. Ada beberapa jenis barang yang saya jual, misalnya waktu itu ada merek headphone yang lagi hits namanya Mix Style. Awalnya, saya beli headphone ini di mereka. Tapi, waktu itu saya berhasil mendapatkan headphone Mix Style dari luar dengan harga yang lebih murah, sehingga saya impor lalu saya supply ke beberapa toko di Mangga Dua.

Bboy-Teru-Egawa

Lalu, saya juga pernah berjualan senter tanpa baterai. Selain itu, ketika wabah SARS sedang merebak, saya  berjualan masker. Waktu itu saya benar-benar jualan on the street, hampir mirip dengan anak-anak jalanan bisa dibilang. Itu semua untuk mengumpulkan modal pembuatan website,” ujar alumnus SMA Don Bosco 2 Jakarta  ini.

Beranjak ke kelas 2 SMP, Teru mendirikan perusahaan pertamanya yakni Unixon. Unixon berawal dari komunitas b-boy yang dimilikinya. Waktu itu, ia dan teman-teman satu komunitasnya memikirkan sebuah kegiatan yang lebih produktif ketimbang hanya menari saja. Atas nama Unixon, akhirnya ia beserta crew-nya mulai berjualan lebih dari 600 jenis barang melalui tepoknyamuk.com. Ketika masa SMA beranjak kuliah dan teman-teman Teru sudah mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing, Teru me-rebranding Unixon sebagai sebuah branding expert yang menyediakan jasa pembuatan logo, video interaktif, dan website.

Perjalanan bisnis Teru bukan tanpa rintangan. Suatu saat, ia ingin dibuatkan sebuah mobile app. Waktu itu belum banyak orang Indonesia yang mampu; ada pun harganya sangat mahal. Singkat cerita, ia membayar 80 juta rupiah kepada seorang programmer India yang nantinya Teru ketahui sebagai seorang penipu yang cukup ulung di India. Mobile app belum jadi; uang sudah dibawa lari.

Rintis Copycino 

Namun, Teru bangkit lagi. Seorang Teru Egawa identik dengan sebuah brand yang tidak asing lagi di mata para prasmulyan, yakni CopyCino. CopyCino merupakan sebuah usaha yang menyediakan jasa print, scan, dan photocopy gratis.

copycino-team2

CopyCino merupakan sebuah usaha yang ia rintis bersama keempat rekannya: Abdurrohman, Richard Kuncara, Daniel Setiawan, dan Paulina Felicia. Sebenarnya, pengembangan software CopyCino sudah berjalan sejak ia masih duduk di bangku SMA. Walaupun demikian, implementasi bisnis CopyCino sendiri baru berjalan saat mata kuliah Business Creation. Berkat dedikasi yang tinggi, CopyCino sekarang memiliki dua outlet di Prasetiya Mulya BSD dan Summarecon Digital Center.

copycino

Teru tergugah untuk menjalankan CopyCino karena salah satu temannya, yang secara ekonomi tidak terlalu memadai, sering mengalami kendala ekonomi setiap kali harus print tugas. Dari sini, Teru menyadari bahwa ada suatu masalah sosial yang dapat ia pecahkan melalui bisnisnya.

Ketika CopyCino awal berdiri, banyak pihak yang meragukan bisnis ini. Banyak orang yang tidak mengerti mengapa Teru ingin menciptakan sebuah bisnis yang menyediakan sebuah jasa yang gratis. Menurut Teru, bisnis yang ia jalankan ini konsepnya berbeda dengan bisnis pada umumnya. Konsep yang diusung oleh CopyCino adalah konsep social business.

Teru-Egawa-Juara-11

“Sebuah social business dinilai dari seberapa besar impact sosial bisnis tersebut terhadap masyarakat. Sementara, uang hanya sebagai medium untuk men-sustain bisnis tersebut,” ujar mahasiswa S1 Bisnis 2012 yang sudah memenangkan sepuluh lomba bisnis ini.

Social-Work

Ketika berbicara mengenai mimpi besar Teru dalam hidupnya, Teru mengungkapkan bahwa ia memiliki impian agar pendidikan di Indonesia dapat bebas dari biaya. Menurutnya, melalui CopyCino ia sudah dapat meringankan cost of productivity para mahasiswa.

CopyCino-Print-Gratis1

Untuk kedepannya, ia memiliki visi untuk menciptakan sebuah online learning platform sejenis Coursera dan EdX. Bukan Teru namanya bila tanpa sebuah diferensiasi. Ia mengatakan bahwa ia ingin menciptakan online learning platform yang betul-betul gratis, sedangkan beberapa fitur Coursera dan EdX masih ada yang berbayar. Tampaknya, jiwa sosial ini selalu Teru bawa dalam setiap ide bisnisnya.

Add comment

Translate »